BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Berlainan dengan Agama Hindu
dan Budha, agama Islam masuk ke India melalui saudagar-saudagar Islam yang
datang ke India hendak berniaga. Bangsa Arab sudah terkenal sejak dulu sebagai
pelaut. Mereka memiliki banyak pelabuhan terkenal yang kegiatan sehari-harinya
diisi dengan perdagangan dalam segala bidang. Agama Islam sendiri mulai
berkembang ke Barat dan Timur sejak pemerintahan Khalifah Urrasyidin. Sekitar
abad ke-8 agama Islam mulai memasuki India. Agama Islam berhasil masuk ke India
dengan manis, karena saudagar-saudagar Islam pada saat itu mempunyai kedudukan
yang mulia dimata orang India. Hal ini disebabkan oleh perilaku para saudagar
itu yang bersahabat dengan rakyat India. Mereka sama sekali tidak membedakan
tingkatan dalam masyarakat, tetapi sebaliknya bagi sebagian masyarakat India
yang beragama Hindu dan berkasta brahmana, hal ini sangat menjengkelkan dan
mereka mulai menggangu para saudagar Islam.
Mula-mula hal ini tidak
diperdulikan oleh mereka, karena tujuan mereka ke India pada mulanya hanya
untuk berdagang, bukan untuk menyebarkan agama. Kemudian mereka berhasil
mendirikan kerajaan-kerajaan Islam kecil di daerah Sindh seperti Ghazna,
Samarhand dan lain-lain. Objek bisnis mereka yang terbesar pada saat itu ialah
kayu. Setelah berhasil mendirikan kerajaan kecil mereka bermaksud
mengkonsolidasikannya, sama sekali tidak berniat untuk memperluas wilayahnya
dalam arti menguasai India secara keseluruhan. Namun keadaan menjadi lain
ketika para bangsawan dan pendeta Hindu memperlakukan mereka dengan kasar,
perlakuan seenaknya terhadap orang Islam itu, terutama di daerah Sindh. Ketika
hal ini dilaporkan ke Damaskus maka dikirimlah utusan dari Damaskus untuk
menghancurkan Sindh dan akhirnya wilayah Islam bertambah luas di India dengan
jatuhnya Sindh. Pengaruh Islam khususnya di India Barat makin lama bertambah
baik dan daerah untuk agama Hindu semakin sempit.
Selain itu masuknya islam di
India tidak terlepas dari peran Kerajaan Mughal maka daripada itu sedikit
banyaknya kerajaan Mughal ini nantinya akan dijelaskan.
1.2
Rumusan
Masalah
Bagaimana
masuknya islam
di India?
Bagaimana perkembangan Kerajaan
Mughal?
Bagaimana kehancuran Kerajaan
Mughal?
1.3
Tujuan
Tujuan Utama dari makalah ini adalah
untuk meganalisis masuknya islam di India mulai dari titik
awal penyebaran hingga perkembangannya dalam proses islamisasi di India dan sekitarnya. Tujuan Khususnya yaitu
untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Sejarah Asia Selatan.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Masuknya
Islam di India
Masuknya Islam ke India itu benar-benar
menguntungkan karena pemeluk ajaran agama Hindu sudah
muak terhadap perlakuan yang
sewenang-wenang dari para pendetanya, juga keadaan di India pada umumnya sedang
kacau setelah wafatnya raja Harsya. Saat itu tidak ada penggantinya yang mampu
duduk di atas tahta.
Sementara itu, seorang hamba sahaya dari
kerajaan Turki dapat memerdekaan dirinya dan dia berhasil mendirikan kerajaan
kecil yang berdaulat penuh dengan ibu kotanya di Ghazni. Meskipun dia tidak
lama memerintah, tetapi cukup berhasil sebagai cikal bakal kerajaan Ghazna yang
suatu saat akan memegang peran penting di India. Al-pitigin, demikian nama
mantan hamba sahaya yang kemudian menjadi raja tersebut kemudian digantikan
oleh menantunya bernama Sabuktigin. Di bawah pemerintahannya kerajaan Ghazna
semakin luas berkembang sampai Afganistan. Kemudian dibawah penggantinya yaitu
Mahmud Ghazna berhasil memasuki perbatasan India, Negara tetangga yang kaya
raya dan sangat diidam-idamkan para leluhurnya itu.
Mahmud Ghazna yang mulai naik tahta pada
tahun 997 itu benar-benar berhasil meluaskan wilayahnya yang terletak antara
Mesopotamis, Laut Kaspia dan Sungai Gangga. Ia kemudian menempatkan beberapa
Gubernur di daerah yang letaknya jauh dari ibukota. Mahmud Ghaznah terkenal
sebagai Panglima perang yang kejam, tetapi juga sebagai pencinta seni dan
kebudayaan. Itu terbukti yang sebagian
besar bangunan
peninggalan atau jejak Islam yang terdapat di India,
dan yang paling menonjol dan paling terkenal
adalah sebuah
bangunan masjid yang diberi julukan Mempelai Surga didirikan pada masa pemerintahan beliau serta ia juga mendirikan sebuah
perguruan tinggi lengkap dengan perpustakaannya.
Pada tahun 1030 ia wafat dan digantikan
oleh putranya yaitu Mas’ud Ghazna, seorang raja yang sangat lemah. Pada waktu
pemerintahannyalah pamor kerajaan Ghazna mulai memudar. Hal ini di tandai
dengan memberontaknya beberapa Gubernur dari daerah. Mereka berusaha melepaskan
diri dan menginginkan kekeusaan otonom. Pada akhir hayatnya ia mati terbenuh
dan sejak saat itu kekuasaan dinasti Ghazna dihapus sama sekali karena para
penggantinya pun raja-raja yang lemah.
Selanjutnya tampilan Muhammad Ghori
sebagai pendiri dinasti Ghori yang mengalahkan dinasti Ghazna. Kekuasaannya
tidak berlangsung lama sebab pada tahun 1206 dia digantikan oleh Qutbuddin
Muhammad Thori dari dinasti hamba sahaya. Pada masa pemerintahannyalah mulai diletakkan
dasar-dasar Islam di India. Islam berkembang agak pesat terutama karena
dorongan dari penguasa India pada saat itu. Namun Qutbuddin pun tidak lama
berkuasa dan dikalahkan oleh Malik Syamsuddin Iltutmish yang kemudian
memerintah sebagai sultan.
Meskipun dalam keadaan kacau, Sultan
Malik Samsuddin Iltutmish mampu menguasai situasi dan menertibkan
pemerintahannya. Berbagai usaha dilakukan termasuk menyingkirkan kaum oposisi.
Sebagai raja ia membangun negaranya dalam segala bidang baik physic atau mental.
Ia telah berusaha dan berbuat yang terbaik tetapi sayang para penggantinya
tidak ada yang dapat diharapkan, sampai satu saat seorang panglima yang gagah
berani bernama Balban berhasil naik tahta dan memerintah dengan tangan besi.
Dapat dikatakan bahwa ditangannyalah puncak kebesaran dinasti hamba sahaya ini.
Dinasti hamba sahaya mulai runtuh ketika pengganti Balban yang tidak mampu
memerintah dibunuh oleh seorang bangsawan pada tahun 1290. Bangsawan tersebut
yang bernama Jalaluddin kemudian mendirikan dinasti Kalji.
Pemerintahan dinasti Kalji berjalan aman
dan penuh perdamaian dengan rajanya yang adil bijaksana. Tetapi ketenangannya
justru mengundang pemberontakan oposisi yang penuh ambisi. Raja terbunuh oleh
keponakannya sendiri, Alauddin. Dia naik tahta, namun tanpa disadarinya
berbagai kesulitantelah menunggunya, baik dari dalam dan luar negeri. Dari
dalam negeri para bangsawan siap merebut kekuasaan. Di luar perhitungan dari
luar negeri, bangsa Turki dan Moghul yang sedang membina diri dan penuh semangat
siap menyerang setiap saat. Setelah menyadari hal ini ia memilih bangsa Moghul
sebagai bangsa yang paling utama dan pertama harus mendapat perhatian. Pada
masa pemerintahannya bangsa Moghul sedikit demi sedikit memasuki India untuk
menetap disana, mereka tak mampu membendungnya.
2.
Kerajaan
Mughal
Kerajaan Mughal berdiri seperempat abad
sesudah berdirinya Kerajaan Safawi. Jadi, di antara tiga kerajaan besar Islam
tersebut, kerajaan inilah yang termuda. Kerajaan Mughal bkanlah kerajaan Islam
pertama di anak benua India. Awal kekuasaan Islam di wilayah India terjadi pada
masa Khalifah Al-Walid, dari dinasti Bani Umayyah. Penaklukan wilayah ini
dilakukan oleh tentara Bani Umayyah di bawah pimpinan Muhammad ibn Qasim.
Pada fase desintegrasi, dinasti Ghaznawi
mengembangkan kekuasaannya di India di bawah pimpinan Sultan Mahmud dan pada
tahun 1020 M, ia berhasil menaklukan hamper semua kerajaan Hindu di wilayah
ini, sekaligus mengislamkan sebagian masyarakatnya. Setelah dinasti Ghaznawi
hancur, muncul dinasti-dinasti kecil seperti Mamluk , Khalji , Tuglug , dan
dinasti-dinasti lain.
Kerajaan Mughal di India dengan Delhi
sebagai ibu kota, didirikan oleh Zahiruddin
Babur, salah satu dari cucu Timur Lenk. Ayahnya bernama Umar Mirza, penguasa
Ferghana. Babur mewarisi daerah Ferghana dari orang tuanya ketika ia masih
berusia 11 tahun. Ia berambisi dan bertekad akan menaklukkan Samarkand yang
menjadi kota penting di Asia Tengah pada masa itu. Pada mulanya, ia mengalami
kekalahan tetapi karena mendapat bantuan dari Raja Safawi, Ismail I akhirnya
berhasil menaklukkan Samarkand tahun 1504 M, ia menduduki Kabul, ibu kota
Afghanistan.
Setelah Kabul dapat ditaklikkan, Babur
meneruskan ekspansinya ke India. Kala itu Ibrahim Lodi, penguasa India, dilanda
krisis, sehingga stabilitas pemerintahan menjadi kacau. Alam Khan, paman dari
Ibrahim Lodi, bersama-sama Daulat Khan, Gubernur Lahore, mengirim utusan ke
Kabul, meminta bantuan Babur untuk menjatuhkan pemerintahan Ibrahim di Delhi.
Permohonan itu langsung diterimanya. Pada tahun 1525 M, Babur berhasil menguasai Punjab dengan ibu
kotanya Lahore. Setelah itu, ia memimpin tentaranya menuju Delhi. Pada tanggal
21 April 1526 M, terjadilah pertempuran yang dahsyat di Panipat. Ibrahim
beserta ribuan tentaranya terbunuh dalam pertempuran itu. Babur memasuki kota
Delhi sebagai pemenang dan menegakkan pemerintahannya di sana. Dengan demikian,
berdirilah Kerajaan Mughal di India.
Setelah kerajaan Mughal berdiri, raja-raja
Hindu di seluruh India menyusun angkatan perang yang besar untuk menyerang
Babur. Namun, pasukan Hindu ini dapat dikalahkan Babur. Sementara itu, di Afganistan masih
ada golongan yang setia kepada keluarga Lodi. Mereka mengangkat adik kandung
Ibrahim Lodi, Mahmud, menjadi Sultan. Tetapi, Sultan Mahmud Lodi dengan mudah dikalahkan Babur
dalam pertempuran dekat Gogra tahun 1529 M. pada tahun 1530, Babur meninggal
dunia dalam usia 48 tahun setelah memerintah
selama 30 tahun, dengan meninggalkan kejayaan-kejayaan yang cemerlang.
Pemerintahan selanjutnya dipegang oleh anaknya Hamayun.
Humayun, putra sulung Babur, dalam
melaksanakan pemerintahan banyak menghadapi tantangan. Sepanjang masa kekuasaannya
selama Sembilan tahun Negara tidak
pernah aman. Ia senantiasa berperang melawan musuh. Di antara tantangan yang
muncul adalah pemberontakan Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang memisahkan diri
dari Delhi. Pemberontakan ini dapat dipadamkan Bahadur Shah, pemberontak melarikan diri
dan Gujarat dapat dikuasai. Pada tahun 1540 M terjadi pertempuran dengan Sher
Khan di Kanauj. Dalam pertempuran ini Humayun mengalami kekalahan. Ia terpaksa
melarikan diri ke Kahandar dan selanjutnya ke Persia. Di Persia ia menyusun kembali
tentaranya. Kemudian, di sini ia menyerang musuh-musuhnya dengan bantuan raja
Persia, Tahmasp. Humayun dapat mengalahkan Sher Khan Shah setelah hampir 15 tahun berkelana
meninggalkan Delhi. Ia kembali ke India dan menduduki tahta kerajaan Mughal
pada tahun 1555 M. setahun setelah itu, ia meninggal dunia karena jatuh dari
tangga perpustakaannya, Din Panah.
Humayun digantikan oleh anaknya, Akbar,
yang berusia 14 tahun. Karena ia masih muda maka urusan kerajaan diserahkan
kepada Bairam Khan, seorang Syi’i. Pada masa akbar inilah kerajaan Mughal
mencapai masa keemasannya.
Di awal masa pemerintahannya, Akbar
menghadapi pemberontakan sisa-sisa keturunan Sher Khan Shah yang masih berkuasa
di Punjab. Pemberontakan yang mengancam kekuasan Akbar adalah pemberontakan
yang dipimpin oleh Himu yang menguasai Gwalior dan Agra. Pasukan pemberontak
itu berusaha memasuki kota Delhi. Bairam Khan menyambut kedatangan pasukan
tersebut, sehingga terjadilah peperangan yang dahsyat, yang disebut Panipat II pada tahun
1556 M. Himu dapat dikalahkan. Ia ditangkap, kemudian dieksekusi. Dengan
demikian, Agra dan Gwalior dapat dikuasai penuh.
Setelah Akbar dewasa ia berusaha
menyingkirkan Bairam Khan yang sudah mempunyai pengaruh sangat kuat dan
terlampau memaksakan kepentingan aliran Syia’ah. Bairam Khan memberontak,
tetapi dapat dikalahkan oleh Akbar di Jullandur tahun
1561 M. setelah persoalan-persoalan dalam negeri dapat diatasi, Akbar mulai
menyusun program ekspansi. Ia berhasil menguasai Chundar, Ghond, Chitor,
Rhanthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Khashmir, Orissa, Deccan,
Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Wilayah yang sangat luas itu
diperintah dalam suatu pemerintahan
militeristik.
Dalam pemerintahan militeristik tersebut,
sultan adalah penguasa diktator,
pemerintahan daerah dipegang oleh seorang sipah
salar (kepala komandan), sedang subdistrik dipegang oleh faujdar (komandan). Jabatan-jabatan
sipil juga diberi jenjang kepangkatan yang bercorak kemiliteran.
Pejabat-pejabat itu memang diharuskan mengikuti latihan kemiliteran.
Akbar juga menerapkan apa yang dinamakan
dengan politik sulakhul (toleransi universal). Dengan
politik ini, semua rakyat India dipandang sama. Mereka tidak dibedakan karena
perbedaan etnis dan agama.
Kemajuan yang dicapai Akbar masih dapat
dipertahankan oleh tiga sultan berikutnya, yaitu Jehangir , Syah Jehan , dan
Aurangzeb . Tiga sultan penerus Akbar ini memang terhitung raja-raja yang besar
dan kuat. Setelah itu, kemajuan kerajaan Mughal tidak dapat dipertahankan oleh
raja-raja berikutnya.
Kemantapan stabilitas politik karena sistem pemerintahan yang
diterapkan Akbar membawa kemajuan dalam bidang-bidang yang lain. Dalam bidang
ekonomi, kerajaan Mughal dapat mengembangkan program pertanian, pertambangan,
dan perdagangan. Akan tetapi, sumber keuangan negara lebih banyak bertumpu pada
sektor pertanian. Di sektor pertanian ini, komunikasi antara pemerintahan dan
petani diatur dengan baik. Pengaturan itu didasarkan atas lahan pertanian. Deh, merupakan unit lahan pertanian terkecil. Beberapa
deh tergabung dalam pargana (desa). Komunitas petani
dipimpin oleh seorang mukaddam. Melalui
para mukaddam itulah pemerintah berhubungan dengan petani. Kerajaan berhak atas
sepertiga dari hasil pertanian di negeri itu. Hasil pertanian kerajaan Mughal
yang terpenting ketika itu adalah biji-bijian, padi, kacang, tebu, nila,
bahan-bahan celupan.
Disamping untuk kebutuhan dalam negeri,
hasil pertanian itu diekspor ke Eropa, Afriak, Arabia, dan Asia Tenggara
bersamaan dengan hasil kerajinan, seperti pakaian tenun dan kain tipis bahan
gordiyn yang banyak diproduksi di 6
Gujarat
dan Bengal. Untuk meningkat produksi, Jehangir mengizinkan Inggris (1611 M) dan
Belanda (1617 M) mendirikan pabrik pengolahan hasil pertanian di Surat.
3.
Masa Keemasan Dinasti Mughal
Di bidang sastra, banyak sastra dari
bahasa Persia diubah ke bahasa India. Bahasa Urdu yang berkembang di masa
Akbar, menjadi bahasa yang banyak dipakai oleh rakyat India dan Pakistan sampai
sekarang. Di bidang ilmu pengetahuan, Syah Jahan mendirikan perguruan tinggi di
Delhi. Aurangzeb mendirikan pusat pendidikan di Lucknow. Tiap masjid mempunyai
lembaga tingkat dasar yang dipimpin oleh seorang guru. Sejak berdiri banyak
ilmuan yang belajar di India. Pelajaran dari Kemaharajaan Mughal salah satu
Ketidakharmonisan hubungan kekeluargaan, antara ayah dan anak, adik dan kakak
menjadi salah satu faktor lemahnya kemaharajaan Mughal dari dalam, hal ini
telah terjadi pada beberapa Dinasti Islam sebelumnya. Dalam peniggalan sejarah Dinasti
Mughal, tampil dua penguasa paling berpengaruh: Akbar Khan dan Aurangzeb.
Meskipun keduanya memerintah dalam dekade yang berbeda, tetapi kebijakan Akbar
Khan dan Aurangzeb, khususnya berkaitan dengan pengembangan Islam di India,
memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Akbar mengembangkan pola Islam
sinkretis. Sebaliknya, Aurangzeb mengembangkan pola Islam puritan.
Dalam perspektif politik, langkah Akbar
ini dianggap sah, bahkan cerdas. Sebab, substansi politik adalah tercapainya
tujuan, meskipun pada saat bersamaan terdapat aspek-aspek tertentu yang
terabaikan. Orang boleh melakukan apa saja dalam konteks politik. Akbar telah
memposisikan Islam tidak lebih dari sekedar simbol formal tanpa makna. Karena
itu, dia dengan mudah meleburkan dan mencampuradukkan Islam dengan berbagai
kepercayaan lain. Dalam situasi ini, Islam kehilangan identitasnya. Ketinggian
dan keluhuran ajaran Islam juga tereduksi sedemikian rupa. Hal ini menyebabkan
ketegangan dengan para penganut Ahlusunah wal jamaah.
Lain dengan Akbar Khan, lain pula dengan
Aurangzeb. Wajah Islam di India pada masa Aurangzeb tampak lebih dominan. Dia
berusaha mengangkat kembali citra Islam yang tampak “redup” beberapa dasawarsa
sebelumnya. Ia giat mengembalikan kemurnian Islam. Usaha ini patut dihargai.
Sebab, dari sini terlihat kecintaan seorang Aurangzeb terhadap Islam. Namun,
perlu diingat, Islam adalah agama yang mensponsori perdamaian, tanpa paksaan,
dan tidak mentolelir berbagai tindak kekerasan terhadap pemeluk agama lain.
Memurnikan ajaran Islam dengan merusak tempat ibadah agama lain, bukanlah pesan
Islam.
Kebijakan Aurangzeb untuk menghancurkan
kuil-kuil Hindu, meletakkan arca di jalan-jalan agar selalu diinjak tampaknya
menjadi sebuah kekeliruan. Hal ini menyebabkan terjadinya pemberontakan hebat
dari kalangan Hindu. Pada 1739 M. Mughal dikalahkan oleh pasukan dari Persia
dipimpin oleh Nadir Shah. Pada 1756 M. pasukan Ahmad Shah merampok Delhi lagi.
Kerajaan Britania yang masuk ke India pada 1600 M. dan mulai melakukan
penaklukkan terhadap kerajaan Mughal pada 1757 M. serta membubarkannya tahun
1858 M. setelah mengalahkan pesaingnya, Perancis.
4.
Peninggalan
Kerajaan Mughal
Peradaban Kemaharajaan Mughal Di bidang
politik, Sulhul Kull berhasil menyatukan rakyat Islam, Hindu, dan penganut
lainnya. Di bidang militer, pasukan Mughal dikenal dengan pasukan yang kuat.
Terdiri dari pasukan gajah, berkuda, dan meriam. Wilayahnya dibagi menjadi
distrik-distrik yang dikepalai oleh Sipah Salar. Di bidang ekonomi, memajukan
pertanian. Terdiri dari padi, kacang, tebu, kapas, tembakau, dan rempah-rempah.
Pemerintah membentuk sebuah lembaga yang mengurusi hasil pertanian serta
hubungan dengan para petani. Industri tenun juga banyak diekspor ke Eropa, Asia
Tenggara dll. Masa Jahangir, investor diizinkan menanamkan investasinya,
seperti mendirikan pabrik. Di bidang seni, Jahangir merupakan salah satu
pelukis terhebat. Kemaharajaan Mughal juga terkenal dengan ukiran dan marmer
yang timbul dengan kombinasi warna-warni. Diantara bangunan yang terkenal:
benteng merah, makam kerajaan, masjid Delhi, dan yang paling popular adalah Taj
Mahal di Aghra. Istana ini merupakan salah satu keajaiban dunia yang dibangun
oleh Syah Jahan untuk mengenang permaisurinya, Noor Mumtaz Mahal yang cantik
jelita.
![]() |
Taj Mahal merupakan salah
satu peninggalan Dinasti Mughal di India
5.
Keruntuhan
Kerajaan Mughal
Raja-raja
pengganti Awrangzeb merupakan penguasa yang lemah sehingga tidak mampu mengatasi
kemerosotan politik dalam negeri. Tanda-tanda kemunduran sudah terlihat dengan
indikator sebagaimana berikut ;
1.Internal;
Tampilnya sejumlah penguasa lemah, terjadinya perebutan kekuasaan, dan lemahnya
kontrol pemerintahan pusat.
2.Eksternal;
Terjadinya pemberontakan di mana-mana, seperti pemberontakan kaum Sikh di
Utara, gerakan separatis Hindu di India tengah, kaum muslimin sendiri di Timur,
dan yang terberat adalah invasi Inggris melalui EIC.
3.Dominasi
Inggris diduga sebagai faktor pendorong kehancuran Mughal. Pada waktu itu EIC
mengalami kerugian, untuk menutupi kerugian dan sekaligus memenuhi kebutuhan
istana, EIC mengadakan pungutan yang tinggi terhadap rakyat secara ketat dan
cenderung kasar. Karena rakyat merasa ditekan, maka mereka, baik yang beragama
Hindu maupun Islam bangkit mengadakan pemberontakan. Mereka meminta kepada
Bahadur Syah untuk menjadi lambang perlawanan itu dalam rangka mengembalikan
kekuasaan kerajaan. Dengan demikian, terjadilah perlawanan rakyat India
terhadap kekuatan Inggris pada bulan Mei 1857 M. Perlawanan mereka dapat
dipatahkan dengan mudah. Inggris kemudian menjatuhkan hukuman yang kejam
terhadap para pemberontak. Mereka diusir dari kota Delhi, rumah-rumah ibadah
banyak yang dihancurkan, dan Bahadur Syah, raja Mughal terakhir, diusir dari
istana (1858 M). Dengan demikian berakhirlah sejarah kekuasaan dinasti Mughal
di daratan India.
Ada
beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasti Mughal mundur dan membawa
kepada kehancurannya pada tahun 1858 M yaitu:
a. Terjadi
stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga operasi militer Inggris,
Portugal dan Perancis di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau
oleh kekuatan maritim Mughal.
b. Kemerosotan
moral dan hidup mewah di kalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan
dalam penggunaan uang negara.
c. Pendekatan
Awrangzeb yang terlampau “kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan dan
kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antar agama sangat sukar diatasi
oleh sultan-sultan sesudahnya.
d. Semua
pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang
kepemimpinan.
e. Lemahnya
sentuhan intelektual (pemikiran) dan estetika (satra dan sains) yang ditandai
dengan memudarnya karya-karya kreatif disbanding dengan era kejayaan dinasti
Abbasiyah.
f. Lemahnya
manajemen ekonomi yang tidak dikelola secara sistematis dan paradigmatik. Hal
ini menyebabkan krisis ekonomi yang tidak mampu menghadapi perubahan global
pada zamanny
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Agama
Islam masuk ke India melalui saudagar-saudagar Islam yang datang ke India
hendak berniaga. Bangsa Arab sudah terkenal sejak dulu sebagai pelaut. Mereka
memiliki banyak pelabuhan terkenal yang kegiatan sehari-harinya diisi dengan
perdagangan dalam segala bidang. Agama Islam sendiri mulai berkembang ke Barat
dan Timur sejak pemerintahan Khalifah Urrasyidin. Sekitar abad ke-8 agama Islam
mulai memasuki India
Masuknya Islam ke India itu benar-benar
menguntungkan karena pemelik Hindu sudah muak terhadap perlakuan yan
sewenang-wenang dari para pendetanya, juga keadaan di India pada umumnya sedang
kacau setelah wafatnya raja Harsya. Saat itu tidak ada penggantinya yang mampu
duduk di atas tahta.
Kerajaan Mughal berdiri seperempat abad
sesudah berdirinya Kerajaan Safawi. Jadi, di antara tiga kerajaan besar Islam
tersebut, kerajaan inilah yang termuda. Kerajaan Mughal bkanlah kerajaan Islam
pertama di anak benua India. Awal kekuasaan Islam di wilayah India terjadi pada
masa Khalifah Al-Walid, dari dinasti Bani Umayyah. Penaklukan wilayah ini dilakukan
oleh tentara Bani Umayyah di bawah pimpinan Muhammad ibn Qasim.
Taj Mahal salah satu peninggalan Dinasti
Mughal di India. Di bidang sastra, banyak sastra dari bahasa Persia diubah ke
bahasa India. Bahasa Urdu yang berkembang di masa Akbar, menjadi bahasa yang
banyak dipakai oleh rakyat India dan Pakistan sampai sekarang. Di bidang ilmu
pengetahuan, Syah Jahan mendirikan perguruan tinggi di Delhi. Aurangzeb
mendirikan pusat pendidikan di Lucknow. Tiap masjid mempunyai lembaga tingkat
dasar yang dipimpin oleh seorang guru. Sejak berdiri banyak ilmuan yang belajar
di India.
DAFTAR PUSTAKA
Sihombing,
C.D.P. 1953. India Sejarah dan
kebudayaannya. Bandung: W. Van Hoeve.
----.
2004. Sejarah Asia Selatan.
Indralaya: FKIP Universitas Sriwijaya.
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam (DIrasah Islamiyah II), Cet. XXIII,
Penerbit Rajawali Press, Jakarta, tahun 2011.
Murodi. 209.
http://mustaqimzone.wordpress.com, diakses pada pukul 09.30 WIB, tanggal 16 Maret 2013.
1 komentar:
DAFTAR PUSTAKA
Suyono,R.P, 2003,Peparangan Kerajaan di Nusantara,Jakarta,Grasindo.
Restu,Gunawan Dkk,1999,Sejarah Kerajaan Tradisional Surakarta,Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto,2008, Sejarah Nasional Indonesia III, cet.2.Edisi Pemutakhiran,Jakarta,Balai Pustaka,
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Mataram diakses pada tanggal 28 April 2013 pada pukul 20.30 wib.
http://www.sejarahnusantara.com/kerajaan-islam/sejarah-kesultanan-mataram-1588%E2%80%931681-nagari-mataram-10011.htm diakses pada tanggal 31 Mei 2013 pada pukul 22.23 wib.
http://id.wikipedia.org/wiki/Perjanjian_Giyanti diakses pada tanggal 31 Mei 2013 pada pukul 22.01 wib.
http://ngeblogbersama.wordpress.com/2012/03/13/sebab-sebab-runtuhnya-voc/ diakses pada tanggal 31 Mei 2013 pada pukul 20.30 wib.
Posting Komentar