Jumat, 09 Mei 2014

Masuknya Islam ke Indonesia



BAB I
PENDAHULUAN


1.1.           LATAR BELAKANG

Pada tahun 30 Hijriah atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. 
Dalam versi lain disebutkan bahwa suatu golongan Zaidiyah yang pro terhadap Ali ibn Abi Thalib mengungsi dari kerajaan Bani Umayyah karena dikear-kejar, telah bermukim di Cina sebeum tahun 750 M. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri nan hijau ini sambil berdakwah.
Islam masuk Indonesia bukan dari pedagang India atau Persi tapi langsung dari Arab dan penyiarnya orang Arab Islam. Adapun pengikut-pengikut mereka adalah pedagang-pedagang dari Gujarat yang turut mengambil bagian dalam perdagangan. Daerah di Indonesia yang mula-mula dimasuki Islam adalah Sumatra Utara, Sumatra Barat, dan Jawa Tengah, kemudian lama kelamaan agama Islam masuk ke pelosok tanah air dengan pesatnya.
Beberapa ahli tentang waktu dan daerah yang mula-mula yang dimasuki islam di indonesia antara lain ;
·         Drs. Juned Pariduri
Islam masuk di Sunatra Utara (tapanuli) pada abad ke-7 atau sekitar tahun 670 M, karena ad makam syekh Mukaiddin di Tapanuli, makam tersebut berangka tahun 48 H (670 M).

·         Dr. Hamka
Islam masuk ke Jawa pada abad ke-7 atau sekitar tahun 674 M .
·         Zainal Arifin Abbas
Islam masuk di Sumatra Utara pada abad ke-7 sekitar tahun 648 m
Para ahli tersebut berpendapat bahwa Islam masuk di Indonesia pada abad ke-7 berarti pada abad ke-13 islam sudah berkembang dengan pesatnya dan telah merata di seluruh indonesia. Hal ini di tandai dengan adanya penemuan-penemuan batu nisan yang berciri khas Islam. Dari kerajaan samudera Pasai Islam menyebar keseluruh pulau Sumatera, Malaka sampai ke pulau Jawa. Setelah itu di indonesia berdiri kerajaan-kerajaan Islam yang besar (Demak, Banten, Cirebon, Aceh, Mataram, Pajang, Makassar, dan lain-lainnya) dan kemudian menjadi pusat tempat penyebaran Islam.

1.2.         Rumusan Masalah
1.      Bagaimana awal masuknya agama islam ke Indonesia ?
2.      Bagaimana peranan para wali songo dan pedagang terhadap islamisasi di Indonesia ?
3.      Metode-metode apa saja yang diterapkan untuk menyebarkan agama islam di Indonesia ?
4.      Bagaimana perkembangan kerajaan islam di Indonesia ?



1.3.          Tujuan
1.      Untuk mengetahui bagaimana proses awal masuknya agama islam di Indonesia.
2.      Untuk mengetahui peranan para wali dan juga para pedagang dalam menyebarkan agama Islam di Indonesia.
3.      Untuk mengetahui metode atau cara apa saja yang dilakukan untuk menyebarkan agama Islam di Indonesia.
4.      Untuk mengetahui bagaimana perkembangan agama Islam di Indonesia selanjutnya.



















BAB II
PEMBAHASAN


2.1.  Awal Mula Masuknya Agama Islam ke Indonesia
Sejarah mencatat bahwa sejak awal Masehi, pedagang-pedagang dari India dan Cina sudah memiliki hubungan dagang dengan penduduk Indonesia.
Masuknya Islam ke Indonesia menimbulkan berbagai teori. Meski terdapat beberapa pendapat mengenai kedatangan agama Islam di Indonesia, banyak ahli sejarah cenderung percaya bahwa masuknya Islam ke Indonesia pada abad ke-7 berdasarkan Berita Cina zaman Dinasti Tang. Berita itu mencatat bahwa pada abad ke-7, terdapat permukiman pedagang muslim dari Arab di Desa Baros, daerah pantai barat Sumatra Utara.
Abad ke-13 Masehi lebih menunjuk pada perkembangan Islam bersamaan dengan tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Pendapat ini berdasarkan catatan perjalanan Marco Polo yang menerangkan bahwa ia pernah singgah di Perlak pada tahun 1292 dan berjumpa dengan orang-orang yang telah menganut agama Islam.
Bukti yang turut memperkuat pendapat ini ialah ditemukannya nisan makam Raja Samudra Pasai, Sultan Malik al-Saleh yang berangka tahun 1297. Jika diurutkan dari barat ke timur, Islam pertama kali masuk di Perlak, bagian utara Sumatra. Hal ini menyangkut strategisnya letak Perlak, yaitu di daerah Selat Malaka, jalur laut perdagangan internasional dari barat ke timur. Berikutnya ialah Kerajaan Samudra Pasai.
Di Jawa, Islam masuk melalui pesisir utara Pulau Jawa ditandai dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah yang wafat pada tahun 475 Hijriah atau 1082 Masehi di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Gresik. Dilihat dari namanya, diperkirakan Fatimah adalah keturunan Hibatullah, salah satu dinasti di Persia. Di samping itu, di Gresik djuga ditemukan makam Malik Ibrahim dari Kasyan (satu tempat di Persia) yang meninggal pada tahun 822 H atau 1419 M. Agak ke pedalaman, di Mojokerto juga ditemukan ratusan kubur Islam kuno. Makam tertua berangka tahun 1374 M. Diperkirakan makam-makam ini ialah makam keluarga istana Majapahit.
Di Kalimantan, Islam masuk melalui Pontianak yang disiarkan oleh bangsawan Arab bernama Sultan Syarif Abdurrahman pada abad ke-18. Di hulu Sungai Pawan, di Ketapang, Kalimantan Barat ditemukan pemakaman Islam kuno. Angka tahun yang tertua pada makam-makam tersebut adalah tahun 1340 Saka (1418 M). Jadi, Islam telah ada sebelum abad ke-15 dan diperkirakan berasal dari Majapahit karena bentuk makam bergaya Majapahit dan berangka tahun Jawa kuno. Di Kalimantan Timur, Islam masuk melalui Kerajaan Kutai yang dibawa oleh dua orang penyiar agama dari Minangkabau yang bernama Tuan Haji Bandang dan Tuan Haji Tunggangparangan. Di Kalimantan Selatan, Islam masuk melalui Kerajaan Banjar yang disiarkan oleh Dayyan, seorang khatib (ahli khotbah) dari Demak. Di Kalimantan Tengah, bukti kedatangan Islam ditemukan pada masjid Ki Gede di Kotawaringin yang bertuliskan angka tahun 1434 M.
Di Sulawesi, Islam masuk melalui raja dan masyarakat Gowa-Tallo. Hal masuknya Islam ke Sulawesi ini tercatat pada Lontara Bilang. Menurut catatan tersebut, raja pertama yang memeluk Islam ialah Kanjeng Matoaya, raja keempat dari Tallo yang memeluk Islam pada tahun 1603. Adapun penyiar agama Islam di daerah ini berasal antara lain dari Demak, Tuban, Gresik, Minangkabau, bahkan dari Campa. Di Maluku, Islam masuk melalui bagian utara, yakni Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo. Diperkirakan Islam di daerah ini disiarkan oleh keempat ulama dari Irak, yaitu Syekh Amin, Syekh Mansyur, Syekh Umar, dan Syekh Yakub pada abad ke-8


2.1.1.                  Peranan Perdagangan dalam pelayaran islam di Indonesia
Perkembangan islam, baik dalam agama maupun tradisi, terjadi setelah bangsa Indonesia bergaul dengan berbagai bangsa yang ditandai dengan terjalinnya, baik di Asia Tenggara, Asia Selatan, maupun negeri-negeri Arab. Dalam sejarah Indonesia tidak ada kekuatan asing baik dari negeri arab maupun india untuk memeluk agama Islam.
Masuknya agama islam sejalan dengan berkembangnya dan ramainya perdagangan antar jazirah Arab, teluk Persia, India, Selat Malaka, dan kepulauan Indonesia pada abad ke-7 samapai 15 M. teori yang bnyak dianut oleh kalangan sejarawan bahwa islam masuk ke Indonesia melalui proses perdagangan. Islam yang masuk secara langsung ke Indonesia diperkirakan berasal dari daerah Gujarat, India, Persia dan cina. Perkembangan islam selanjutnya ditandai dengan ramainya perdagangan antara abad ke-8 dan 15 M yang dilakukan pada jalur laut dalam dunia islam, ditandai hal berikut:
a.      Para pedagang islam telah mengembangkan perdagangan bebas yang ditandai dengan jual beli barang tanpa batas.
b.      Para pedagang islam juga telah mengembangkan teknik dagang yang mampu meningkatkan perdagangan, mislanya dengan menggunakan sakk dan check yang memudahkan dalam segi pembayaran.
c.       Mereka juga telah mempelopori perdagangan-perdagangan modern abad ke-20 dengan dikembangkannya perdagangan saham sehingga para pedagang bisa menginsvestasikan modalnya dengan cara membeli saham perusahaan.
d.      Mengembangkan istilah-istilah dagang yang kelak digunakan dalam bahasa inggris. Istilah arab yang pernah popular pada abad ke-8 dan 12 M, seperti check, coffer, cipher, nadir, zenith, zero dan risk diadopsi dari bahasa inggris.
e.       Diperkenalkannya penggunaan kompas yang ditemukan bangsa cina kepada bangsa eropa. Sejak abad ke-12, kompas menjadi alat yang sangat penting dalam navigasi atau pelayaran.
f.       Perdagangan jazirah arab atau india serta asia tenggara dilakukan melalui j
g.      alur laut berpengaruh terhadap semakin cepatnya penyebaran islam ke arah daerah timur termasuk Indonesia.

2.1.2.                Teori masuknya islam ke Indonesia

a.    Teori Gujarat
Menurut teori Gujarat, agama islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 M atau abad 7 H dan di bawa oleh orang Gujarat ( cambay, india ). Teori Gujarat ini didukung oleh Snouck Hurgronye, W.F Stutterheim, da Bernar H.M Vlekke.
Sarjana pertama yang mengemukakan teori ini adalah J. Pijnapel dari Universitas Leiden pada abad ke 19. Menurutnya, orang-orang Arab bermahzab Syafei telah bermukim di Gujarat dan Malabar sejak awal Hijriyyah (abad ke7 Masehi), namun yang menyebarkan Islam ke Indonesia menurut Pijnapel bukanlah dari orang Arab langsung, melainkan pedagang Gujarat yang telah memeluk Islam dan berdagang ke dunia timur, termasuk Indonesia.

b.    Teori Persia
          Teori Persia menyatakan bahwa islam masuk ke Indonesia paa abad ke-13 dan pembawaanya berasal dari Persia ( Iran ). Pencetus dari teori ini adalah Hoesein Djajadiningrat, sejarawan asal Banten.
Dalam memberikan argumentasinya, Hoesein lebih menitikberatkan analisisnya pada adanya kesamaan budaya Persia dengan budaya islam di Indonesia, seperti peringatan 10 Muharram atau Asyuro sebagai hari suci kaum Syiah atas kematian Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad, seperti yang berkembang dalam tradisi tabut di Pariaman di Sumatera Barat. Istilah “tabut” (keranda) diambil dari bahasa Arab yang ditranslasi melalui bahasa Parsi. Tradisi lain adalah ajaran mistik yang banyak kesamaan, misalnya antara ajaran Syekh Siti Jenar dari Jawa Tengah dengan ajaran sufi Al-Hallaj dari Persia. dietemukannya makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik pada 1419 H, dan ditemukannya perkampungan Islam di Leran Gresik.

c.      Teori Mekkah
            Teori Mekkah merupakan sanggahan dari teori Gujarat yang menyatakan bahwa islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 dan pembawaannya berasal dari arab. Tokoh yang memperkenalkan teori ini adalah Haji Abdul Karim Amrullah atau HAMKA, salah seorang ulama sekaligus sastrawan Indonesia. Teori ini didasarkan pada keterangan yang menyatakan bahwa pada abad ke-7 di pantai barat Sumatra telah terdapat perkampungan islam arab. Teroi ini didukung oleh Hamka, Van Leur, dan T.W. Arnold.

d.    Teori Cina
                  Teori Cina mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia (khususnya di Jawa) berasal dari para perantau Cina. Orang Cina telah berhubungan dengan masyarakat Indonesia jauh sebelum Islam dikenal di Indonesia. Pada masa Hindu-Buddha, etnis Cina atau Tiongkok telah berbaur dengan penduduk Indonesia—terutama melalui kontak dagang. Bahkan, ajaran Islam telah sampai di Cina pada abad ke-7 M, masa di mana agama ini baru berkembang. Sumanto Al Qurtuby dalam bukunya Arus Cina-Islam-Jawa menyatakan, menurut kronik masa Dinasti Tang (618-960) di daerah Kanton, Zhang-zhao, Quanzhou, dam pesisir Cina bagian selatan, telah terdapat sejumlah pemukiman Islam.


2.1.3.                Sumber-sumber sejarah mengenai masuknya pengaruh islam di Indonesia

a.     Keterangan dari para pedagang arab
                        Masuknya agama islam ke Indonesia tidak diketahiu secara pasti. Menurut keteranga Ibnu Hordadzbeth (844-848), pedagang sulaiman (902 M), kerajaan sibuza (Sriwijaya) berada di bawah kekuasaan kerajaan zabag yang menguasai jalur perdagangan dengan oman. Dari kerajaan sriwijaya, para pedagang arab mendapatkan kayu hitam, j=kayu gaharu, kayu cendana, kapur barus dan lain-lain. Dengan demikian para pedagang sriwijaya abad ke-9 sampai abad ke-13 bukan hanya berdagang dengan para pedagang cina dan india, melainkan juga dengan pedagang arab dab Persia.

b.    Keterangan dari Marcopolo
      Para penganut islam di Indonesia semakin banyak pada abad ke-13. Keterangan dari Marcopolo yng melakukan perjalanan pulang dari cina menuju Persia dan singgah di perlak pada tahun 1292 M menyebutkan telah ada kerajaan islam di Tumasik dan Samudra Pasai. Kedua kerajaan tersebut menguasai perdagangan di selat malaka dan masih mengakui kedaulatan majapahit. Kedua kerajaan itu juga memiliki pelabuhan-pelabuhan dagang penting untuk mengekspor lada ke Gujarat dan benggala dan menampung barang-barang dari pelabuhan-pelabuhan di jawa seperti Gresik, Tubah, dan Banten. Dengan demikian, pelabuhan-pelabuhan tersebut banyak dikunjungi oleh para pedagang dari Gujarat, Benggala, dan Jawa.

c.      Berita dari Tome Pires
      Menurut berita dari seorang portigis bernam Tome Pires ,
pelabuhyan malak ramai dikunjungi para pedagang dari barat, seperti Kairo, Mekkah, Aden, Abesien, Kiliwa, Malidi, Ormus, dan serta para pedagang arab dan india serta pedagang yang berasal dari nusantara sendiri.
               Beretemunya para pedagang, arab, Persia, Gujarat dan benggala dengan pedagang Indonesia berpengaruh terhadap terciptanya pertukaran pengalaman, kebudayaan, dan peradaban diantara mereka. Pertemuan ekonomi antara pedagang tersebut merupakan sarana yang paling pening dalam proses islamnisasi di Indonesia.
               Di batu nisan sultan-sultan Indonesia memberi keterangan mengenai pengaruh islam yang masuk ke Indonesia. Dari bentuk serta tulisan dalam batu nisan pengaruh Gujarat dan benggala cukup dominan dalam kebudayaan islam di Indonesia.
               Para pedagang Indonesia yang berdagang di malaka lebih banyak berhubungan dengan pedagang dari Gujarat dan benggaladibandingkan dengan pedagang arab dan Persia. Dengan demikian pengarum kebudayaan islam dari Gujarat pun lebih besar di bandingkan dengan pengaruh kebudayaan islam yang berasal dari pedagang arab dan Persia.
               Bukti-bukti adanya pengaruh islam dari Gujarat di Indonesia dapat dilihat pada jirat atau bentuk batu nisan makan yang ditemukan di Sumatera dan jawa. Beberapa makam tersebut adalah sebagai berikut :
1)      Sultan Malik al-saleh (1297 M) sultan ini dianggap sebagai pendiri kerajaan Samudra Pasai
2)      Jirat yang menggunakan ornament (hiasan) gujatar pada nisan Maulana Malik Ibrahim di Gresik.
3)      Di daerah lainnya di jawa batu nisan atau jirat yang khas Gujarat diperkirakan dibuat pada masa kerajaan majapahit, yaiti di Troloya dan Trowulan. Jirat tersebut menunjukkan bahwa pengaruh pemeluk islam sudah ada di kerajaan Majapahit dan kebudayaan islam yang dianut mendapat kebudayaan Gujarat.

               Sejarawan cina yang bernama Ma-Hum yang melakukan pelayaran ke asia tenggara bernama Cheng-Ho menyaakan bahwa sekitar 1400 M banyak pedagang islam yang tinggal di pesisir pantai utara pulau jawa mereka melakukan perdagangan dengan para pedagang Cina, India, dan Indonesia  .

2.2.         Peranan Para Wali dan Pedagang dalam Proses Awal Islamisasi di Indonesia

1.       Peranan Pedagang
a.     Proses perdagangan dan penyebaran islam
      Masuknya agama islam ke Indonesia terjadi melalui proses perdagangan  para pedagang Indonesia yang telah bergaul dan berhubungan dengan bangsa-bangsa lain di kota-kota internasional menjadi kelompok social yang berpengaruh pada kelompok social lainnyadi Indonesia pada abad ke-12 sampai 17 M.  melalui golongan ini agama islam menyebar sampai keseluruh wilayah Indonesia.

b.     Proses hubungan sosial yang terbuka
        Hubungan social yang terbuka antara para pedagang dan masyarakat serta dengan para wali sangat berpengaruh terhadap proses penyebaran islam. Melalui hubungan terbuka di antara pedagang atau di antara orang-orang bukan pedagang serta hubungan antara para wali dengan para penduduk setempat, terjadilah mobilitas social dalam masyarakat Indonesia baik secara vertical maupun horizontal.
        Secara vertical mobilitas social ditandai dengan semakin banyaknya pedagang-pedagan beragama islam yang mendapatkan keuntungan dari kegiatan dagangnya. Para pedagang tersebut menjadi kelompok yang memilik kekayaan yang cukup banyak  dibandingkan dngan kelompok lainnya. Mereka mampu meningkatkan status sosialnya sehingga disegani oleh golongan lain.
        Menurut catatan Tome Pires yang mengunjungi Tuban dan Gresik pada tahun 1514, di kota-kota tersebut telah terdapat pedagang islam yang kaya dari generasi ketiga yang berfungsi sebagai penguasa-penguasa di pelabuahan.

c.      Daya tarik dan kedudukan pedagang islam
      Status tinggi dan terhormat yang memiliki golongan pedagang islam medorong pedagang lain untuk memasuki bidang perdagangan.  Untuk memudahkan aktivitas sebagai pedagang, golongan tersebut berusaha untuk memeluk agama baru, yaitu islam dan dagang merupakan dua hal yang yang tidak bisa dipisahkan pasda zaman ramainya perdagangan di perairan nusantara  abad ke-12 sampai 17 M. dengan memeluk agama islam sebagian masyarakat akan mempermudah hubungan dagang dan dunia dagang internasional.
      Para pedagang dari arab, Gujarat, Persia dan jenggal, serta para pedagang nusantara yang berhubungang dagang dengan malak memiliki kedudukan tinggi. Golongan elit politik di jawa dan sumatera yang masih dipengaruhi oleh kebudayaan hindu-budha memandang para pedagang memiliki kedudukan yang tinggi . kekayaan, kekuasaan, dan agaa serta kebudayaan merupakan unsusre prestise yang dipandang tinggi oleh para penguasa pedalaman sehingga mendorong golongan elite (penganut hindu-budha) untuk memeluk agama islam.

d.     Daya tarik ajaran islam
      Bagi masyarakat golongan bawah adanya pandangan islam mengenai kedudukan pedagang yang terhormat  dalam masyarakat menjadi daya tarik tersendiri. Agama baru ini tidak membedakan asal-usul keturunan, bangsa, dan kedudukan social seperti dalak system kasta agama hindu. Dengan agama bau tersebut golongan ini tidak lagi dianggap sebagai golongan bawah.

e.      Mobilitas dan migrasi para pedagang islam
      Semakin banyak golongan pedagang dan golongan pemeluk islam baru, maka terjadilah mobilitas social secara horizontal. Mobilitas tersebut ditandai dengan semakin banyaknya persebaran pedagang diseluruh pelabuhan nusantar dan persebaran penduduk penganut agama islam di daerah sekitarnya.
      Setelah penduduk di kota-kota pelabuhan dagang di Sumatra dan jawa memeluk islam, maka penduduk pesisir di Kalimantan, Sulawesi, nusa tenggara dan Maluku pun mengitu langkah yang sama. Lahirnya kerajaan-kerajaan islam di Sumatra dan jawa di susul lahirnya kerajaan-kerajaan baru di kawasan Indonesia bagian timur.


f.       Kegiatan Dakwah oleh Para Wali
Selai penyebaran secara alami melalui proses perdagangan, proses penyebaran islam juga terjadi melalui usaha-usaha nyata yang dilakukan oleh orang – orang yang merasa berkewajiban untuk menyebarkannya. Penyebaran tersebut dilakukan memalui dakwah yang dirintis oleh para wali jawa di jawa dan beberapa daerah lainnya di Indonesia.
Menurut sejarah lisan masyarakat jawa terdapat wali yang menyebarkan agama islam di jawa. Wali-wali tersebut terkenal dengan sebutan Wali Songo, diantara wali-wqali tersebut terdapat Sembilan orang  yang memiliki pengaruh luas bukan hanya di golongn bawah tetapi juga. pada golongan elit. Kesemblan wali yang paling dikenal tersebut antara lain sebagai berikut :

1.      Maulana Malik Ibrahim (wafat  1419 M ) atau Maulana Magribi yang dimakamkan di gersik, menyebarkan islam dengan cara pendekatan prgaulan. Sebelum menyebarkan islam Maulana Malik Ibrahim  menedekati penduduk setempat untuk mengenal adat istiadatnya terlebih dahulu.
2.      Sunan Ampel, kemenakan dari raja Majapahit, Kertawijaya (1467 M) menyebarkan islam melalaui pendidikan pesantren. Wali ini adalah perancang kerajaan Islam pertama di Jawa (kesultanan Demak) dan pembina pondok pesantren pertama di Jawa Timur. Murid-muridnya antara lain adalah Raden Fatah (sultan pertama kesultanan Demak), Sunan Giri, Sunan Drajat, dan putranya sendiri: Sunan Bonang.
3.      Sunan Giri tatau Raden Paku, murid Sunan Ampel meneyebarkan islam melalui dunia seni. Ia seorang penduduk yang berjiwa demokratis. Ia mendidik melalui permainan yang berjiwa agama, misalnya melalui permainan “cublak-cublak suweng”.
4.      Sunan Bonang yang dilahirkan (1465 M) dalah putra Sunan Ampel yang menyebarkan islam di Tuban dan menggunakan kultur pra islam dalam penyebaran agama islam. Ia banyak melakukan siar Islam melalui budaya. Ia terkenal sebagai pencipta gending pertama untuk menyebarkan agaman Islam di pesisir Jawa Timur.
5.      Sunan Drajat, putra ketiga dari Sunan Ampel, melakukan penyebaran agama islam denganpendekatan social. Wali ini sangat banyak memberi perhatian pada masalah-masalah sosial. Tema Dakwahnya selalu berorientasi pada kegotongroyongan.
6.      Sunan Kudus, Panglima Kesultanan Demak dan pendiri masjid Menara Kudus, Jawa Tengah, ini dikenal sebagai wali yang ahli dalam bidang ilmu agama.Menyebarkan islam di Kudus menggunakan pendekatan seni dalam menyebarkan islam.
7.      Sunan Muria, Ia banyak berjasa dalam menyiarkan agama Islam di pedesaan, terutama di sekitar Gunung Muria, Jawa Tengah.Banyak menyebarkan agama islam di daerah pedalaman kudus. Pendekatan kebudayaanya dilaukan dengan menarik rakyat golongan bawah untuk masuk dan memeluk agama islam.
8.      Sunana kalijaga berasal dari lingkungan keraton majapahit. Ia menyebarkan agama islam dengan memanfaatkan saran wayang yang digemari masyarakat pedalamn jawa. Jasanya dalam menyebarkan Islam melalui kesenian terlihat dari seni wayang, gamelan, ukir, busana, dan sastra yang diciptakannya,
9.      Sunan Gunung Jati, Ia dikenal sebagai pendiri dinasti raja-raja Cirebon dan Banten, Jawa Barat. Ia adalah peletak dasar bagi pengembangan Islam dan perdagangan orang Islam di Banten tahun 1525/1526.Meneybarkan agama islam di jawa barat, terutama di Cirebon.

2.3.          Metode Penyebaran Agama Islam
a.     Perkawinan
Dilihat dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial lebih baik dari pada pribumi Indonesia sendiri, sehingga tidak sedikit penduduk pribumi yang tertarik denan para pedagang muslim tersebut khususnya putri-putri raja dan bangsawan. Proses islamisasi ini dilakukan sebem adanya pernikahan yang kemudian dilanjutkan dengan proses pernikahan sampai pada akhirnya mereka mempunyai keturunan dan mampu membuat daerah-daerah atau bahkan kerajaan-kerajaan islam.
Jalur perkawinan ini lebih menguntungkan apabila terjadi antara saudagar muslim dengan anak bangsawan atau anak raja dan adipati, karena bangsawan, raja, dan adipati dapat mempercepat proses masuknya islam di Indonesia.
Demikianlah yang terjadi antara raden rahmat atau sunan ampel dengan nyai manila. Sunan gunung jati dengan putrid kaunganten. Brawijaya dengan putri campa yang menurunkan raden fatah ( raja pertama demak)
b.     pendidikan
Pendidikan agama islam dilakukan melalui lembaga pesantren ( pondok pesantren ) atau perguruan islam.  Yang mencangkup berbagai daerah. Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing kemudian mereka berdakwah ketempat tertentu mengajarkan islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh raden rahmat di Ampel Denta Surabaya dan sunan giri di giri. Keluaran pesantren giri ini banyak yang di undang ke maluku untuk mengajarkan agama islam. Dengan demikian agama islam dapat berkembang ke seluruh Indonesia.
Sebelum menjadi lembaga pendidikan resmi pada tahun 1800-an , pesantren berawal dari kegiatan guru agama di masjid atau istana, yang mengajarka tasawuf di pertapaan atau dekat makam keramat, pada abad XVI dan XVII. Sebuah sumber sejarah tradisional, yaitu serat chenthini menyebutkan bahwa cikal bakal pesantren terdapat di karang, Banten, berdiri sekitar tahun 1520-an.
c.      Dakwah
Penyebaran agama islam dilakukan oleh para wali dan guru dakwah (mubalig). Contohnya penyebaran agama islam di pulau jawa dilakukan pleh para wali, yang terkenal dengan sebutan wali songo..
d.      akulturasi dan asimilasi kebudayaan
Melalui penggabungan dengan unsur – unsur kebudayaan yang ada pada daerah tertentu. Misalnya penggunaan doa – Islam dalam ucapan adat, seperti kelahiran, selapan (peringatan bayi berusia 35 hari )., perkawinan, seni wayang kulit, beberapa bangunan, ragam hias, dan kesustraan.
e.      Saluran kesenian
Saluran islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Dikatakan, sunan kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita mahabarata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita itu disisipkan ajaran dan nama-nama pahlawan islam. Kesenian-kesenian lain juga dijadikan alat islamisasi, seperti sastra ( hikayat, babad, dan sebagainya ), seni bangunan dan seni ukir.
f.       . Saluran politik
Di maluku dan sulawesi selatan, kebanyakan rakyat masuk islam setelah rajanya memeluk islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya islam didaerah ini. Di samping itu, baik di sumatera dan jawa maupun di Indonesia bagian timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan islam memerangi kerajaan-kerajaan non-islam. Kemenangan kerajaan islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan islam itu masuk islam.

2.4.         Perkembangan  Kerajaan Islam di Indonesia

a.     Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Samudera Pasai terletak di pantai utara Aceh, pada muara Sungai Pasangan (Pasai). Pada muara sungai itu terletak dua kota, yaitu samudera (agak jauh dari laut) dan Pasai (kota pesisir). Kedua kota yang masyarakatnya sudah masuk Islam tersebut disatukan oleh Marah Sile yang masuk Islam berkat pertemuannya dengan Syekh Ismail, seorang utusan Syarif Mekah. Merah Selu kemudian dinobatkan menjadi sultan (raja) dengan gelar Sultan Malik al Saleh.
Setelah resmi menjadi kerajaan Islam, Samudera Pasai berkembang pesat menjadi pusat perdagangan dan pusat studi Islam yang ramai. Pedagang dari India, Benggala, Gujarat, Arab, Cina serta daerah di sekitarnya banyak berdatangan di Samudera Pasai.
Samudera Pasai setelah pertahanannya kuat segera meluaskan kekuasaan ke daerah pedalaman meliputi Tamiang, Balek Bimba, Samerlangga, Beruana, Simpag, Buloh Telang, Benua, Samudera, Perlak, Hambu Aer, Rama Candhi, Tukas, Pekan, dan Pasai.

b.     Kerajaan Aceh
Aceh semula menjadi daerah taklukkan Kerajaan Pedir. Akibat Malaka jatuh ke tangan Portugis, pedagang yang semula berlabuh di pelabuhan Malaka beralih ke pelabuhan milik Aceh. Dengan demikian, Aceh segera berkembang dengan cepat dan akhirnya lepas dari kekuasaan Pedir. Aceh berdiri sebagai kerajaan merdeka. Sultan pertama yang memerintah dan sekaligus pendiri Kerajaan Aceh adalah Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1528 M).
Letak Aceh yang strategis menyebabkan perdagangannya maju pesat. Dengan demikian, kebudayaan masyarakatnya juga makin bertambah maju karena sering berhubungan dengan bangsa lain. Contohnya, yaitu tersusunnya hukum adat yang dilandasi ajaran Islam yang disebut Hukum Adat Makuta Alam.
Dengan hukum adat Makuta Alam itulah, sehingga tata kehidupan dan segala aktivitas masyarakat Aceh didasarkan pada aturan Islam. Dengan demikian, keadaan Aceh seolah-olah identik dengan Mekah, Arab Saudi. Atas dasar itulah, Aceh mendapat julukan Serambi Mekah.

c.      Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Demak sebelumnya merupakan daerah vasal atau bawahan dari Majapahit. Daerah ini diberikan kepada Raden Patah, keturunan Raja Majapahit yang terakhir.
Ketika kekuasaan kerajaan Majapahit melemah, Raden Patah memisahkan diri sebagai bawahan Majapahit pada tahun 1478 M. Dengan dukungan dari para bupati, Raden Patah mendirikan kerajaan Islam Demak dengan gelar Senopati Jimbung Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Sejak saat itu, kerajaan Demak berkembang menjadi kerajaan maritim yang kuat. Wilayahnya cukup luas, hampir meliputi sepanjang pantai utara Pulau Jawa. Sementara itu, daerah pengaruhnya sampai ke luar Jawa, seperti ke Palembang, Jambi, Banjar, dan Maluku.

d.     Kerajaan Banten
Semula Banten menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Pajajaran. Rajanya (Samiam) mengadakan hubungan dengan Portugis di Malaka untuk membendung meluasnya kekuasaan Demak. Namun melalui, Faletehan, Demak berhasil menduduki Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Sejak saat itu, Banten segera tumbuh menjadi pelabuhan penting menyusul kurangnya pedagang yang berlabuh di Pelabuhan Malaka yang saat itu dikuasai oleh Portugis.
Pada tahun 1552 M, Faletehan menyerahkan pemerintahan Banten kepada putranya, Hasanuddin. Di bawah pemerintahan Sultan Hasanuddin (1552-1570 M), Banten cepat berkembang menjadi besar. Wilayahnya meluas sampai ke Lampung, Bengkulu, dan Palembang.

e.      Kerajaan Makassar

            Di Sulawesi Selatan pada awal abad ke-16 terdapat banyak kerajaan, tetapi yang terkenal adalah Gowa, Tallo, bone, Wajo, Soppeng, dan Luwu. Berkat dakwah dari Datuk ri Bandang dan Sulaeman dari Minangkabau, akhirnya Raja Gowa dan Tallo masuk Islam (1605) dan rakyat pun segera mengikutinya.

            Kerajaan Gowa dan Tallo akhirnya dapat menguasai kerajaan lainnya. Dua kerajaan itu lazim disebut Kerajaan Makassar. Dari Makasar, agama Islam menyebar ke berbagai daerah sampai ke Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Makassar merupakan salah satu kerajaan Islam yang ramai akan pelabuhannya. Hal ini, karena letaknya di tengah-tengah antara Maluku, Jawa, Kalimantan, Sumatera, dan Malaka.

























BAB III
PENUTUP
3.1.     Kesimpulan
Masuknya Islam ke Indonesia menimbulkan berbagai teori. Meski terdapat beberapa pendapat mengenai kedatangan agama Islam di Indonesia, banyak ahli sejarah cenderung percaya bahwa masuknya Islam ke Indonesia pada abad ke-7 berdasarkan Berita Cina zaman Dinasti Tang.
Abad ke-13 Masehi lebih menunjuk pada perkembangan Islam bersamaan dengan tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.
Perkembangan islam, baik dalam agama maupun tradisi, terjadi setelah bangsa Indonesia bergaul dengan berbagai bangsa yang ditandai dengan terjalinnya, baik di Asia Tenggara, Asia Selatan, maupun negeri-negeri Arab. Dalam sejarah Indonesia tidak ada kekuatan asing baik dari negeri arab maupun india untuk memeluk agama Islam.
Ada beberapa teori yang menyinggung mengenai kedatangan islam ke nusantara diantaranya teori gujarat,teori persia,teori mekkah,teori cina.
            Bukti-bukti adanya pengaruh islam dari Gujarat di Indonesia dapat dilihat pada jirat atau bentuk batu nisan makan yang ditemukan di Sumatera dan jawa. Beberapa makam tersebut adalah sebagai berikut :Sultan Malik al-saleh (1297 M) sultan ini dianggap sebagai pendiri kerajaan Samudra Pasai,Jirat yang menggunakan ornament (hiasan) gujatar pada nisan Maulana Malik Ibrahim di Gresik,di daerah lainnya di jawa batu nisan atau jirat yang khas Gujarat diperkirakan dibuat pada masa kerajaan majapahit.
            Proses penyebaran islam juga terjadi melalui usaha-usaha nyata yang dilakukan oleh orang – orang yang merasa berkewajiban untuk menyebarkannya. Penyebaran tersebut dilakukan memalui dakwah yang dirintis oleh para wali jawa di jawa dan beberapa daerah lainnya di Indonesia.
Selanjutnya metode-metode yang dilakukan untuk menyebarkan agama islam yaitu melalui perkawinan,pendidikan,perdagangan,seni budaya,akulturasi dan asimilasi budaya serta dari segi politik.

























DAFTAR PUSTAKA

0 komentar:

Posting Komentar