BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR
BELAKANG
Pada tahun 30 Hijriah atau 651
Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah
Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam
yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini,
para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa
tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan
pangkalan dagang di pantai barat Sumatera.
Dalam versi lain disebutkan bahwa
suatu golongan Zaidiyah yang pro terhadap Ali ibn Abi Thalib mengungsi dari
kerajaan Bani Umayyah karena dikear-kejar, telah bermukim di Cina sebeum tahun
750 M. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu
para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka
membeli hasil bumi dari negeri nan hijau ini sambil berdakwah.
Islam masuk Indonesia bukan dari pedagang India atau Persi tapi langsung
dari Arab dan penyiarnya orang Arab Islam. Adapun pengikut-pengikut mereka
adalah pedagang-pedagang dari Gujarat yang turut mengambil bagian dalam
perdagangan. Daerah di Indonesia yang mula-mula dimasuki Islam adalah Sumatra
Utara, Sumatra Barat, dan Jawa Tengah, kemudian lama kelamaan agama Islam masuk
ke pelosok tanah air dengan pesatnya.
Beberapa ahli tentang waktu dan daerah yang mula-mula yang dimasuki islam
di indonesia antara lain ;
·
Drs. Juned
Pariduri
Islam masuk di Sunatra Utara (tapanuli) pada abad ke-7 atau sekitar tahun
670 M, karena ad makam syekh Mukaiddin di Tapanuli, makam tersebut berangka
tahun 48 H (670 M).
·
Dr. Hamka
Islam masuk ke Jawa pada abad ke-7 atau sekitar tahun 674 M .
·
Zainal Arifin
Abbas
Islam masuk di Sumatra Utara pada abad ke-7 sekitar tahun 648 m
Para ahli tersebut berpendapat
bahwa Islam masuk di Indonesia pada abad ke-7 berarti pada abad ke-13 islam
sudah berkembang dengan pesatnya dan telah merata di seluruh indonesia. Hal ini
di tandai dengan adanya penemuan-penemuan batu nisan yang berciri khas Islam.
Dari kerajaan samudera Pasai Islam menyebar keseluruh pulau Sumatera, Malaka
sampai ke pulau Jawa. Setelah itu di indonesia berdiri kerajaan-kerajaan Islam
yang besar (Demak, Banten, Cirebon, Aceh, Mataram, Pajang, Makassar, dan
lain-lainnya) dan kemudian menjadi pusat tempat penyebaran Islam.
1.2.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana awal
masuknya agama islam ke Indonesia ?
2.
Bagaimana
peranan para wali songo dan pedagang terhadap islamisasi di Indonesia ?
3.
Metode-metode
apa saja yang diterapkan untuk menyebarkan agama islam di Indonesia ?
4.
Bagaimana
perkembangan kerajaan islam di Indonesia ?
1.3.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui bagaimana proses awal masuknya agama islam di Indonesia.
2.
Untuk
mengetahui peranan para wali dan juga para pedagang dalam menyebarkan agama
Islam di Indonesia.
3.
Untuk
mengetahui metode atau cara apa saja yang dilakukan untuk menyebarkan agama
Islam di Indonesia.
4.
Untuk
mengetahui bagaimana perkembangan agama Islam di Indonesia selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Awal Mula Masuknya Agama Islam ke
Indonesia
Sejarah mencatat bahwa sejak awal Masehi, pedagang-pedagang dari India
dan Cina sudah memiliki hubungan dagang dengan penduduk Indonesia.
Masuknya Islam ke Indonesia menimbulkan berbagai teori. Meski terdapat
beberapa pendapat mengenai kedatangan agama Islam di Indonesia, banyak ahli
sejarah cenderung percaya bahwa masuknya Islam ke Indonesia pada abad ke-7
berdasarkan Berita Cina zaman Dinasti Tang. Berita itu mencatat bahwa pada abad
ke-7, terdapat permukiman pedagang muslim dari Arab di Desa Baros, daerah
pantai barat Sumatra Utara.
Abad ke-13 Masehi lebih menunjuk pada perkembangan Islam bersamaan
dengan tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Pendapat ini berdasarkan
catatan
perjalanan Marco Polo yang menerangkan bahwa ia pernah singgah di Perlak pada
tahun 1292 dan berjumpa dengan orang-orang yang telah menganut agama Islam.
Bukti
yang turut memperkuat pendapat ini ialah ditemukannya nisan makam Raja Samudra
Pasai, Sultan Malik al-Saleh yang berangka tahun 1297. Jika diurutkan dari barat
ke timur, Islam pertama kali masuk di Perlak, bagian utara Sumatra. Hal ini
menyangkut strategisnya letak Perlak, yaitu di daerah Selat Malaka, jalur laut
perdagangan internasional dari barat ke timur. Berikutnya ialah Kerajaan
Samudra Pasai.
Di
Jawa, Islam masuk melalui pesisir utara Pulau Jawa ditandai dengan ditemukannya
makam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah yang wafat pada tahun 475 Hijriah
atau 1082 Masehi di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Gresik. Dilihat dari namanya,
diperkirakan Fatimah adalah keturunan Hibatullah, salah satu dinasti di Persia.
Di samping itu, di Gresik djuga ditemukan makam Malik Ibrahim dari Kasyan (satu
tempat di Persia) yang meninggal pada tahun 822 H atau 1419 M. Agak ke
pedalaman, di Mojokerto juga ditemukan ratusan kubur Islam kuno. Makam tertua
berangka tahun 1374 M. Diperkirakan makam-makam ini ialah makam keluarga istana
Majapahit.
Di
Kalimantan, Islam masuk melalui Pontianak yang disiarkan oleh bangsawan Arab
bernama Sultan Syarif Abdurrahman pada abad ke-18. Di hulu Sungai Pawan, di
Ketapang, Kalimantan Barat ditemukan pemakaman Islam kuno. Angka tahun yang
tertua pada makam-makam tersebut adalah tahun 1340 Saka (1418 M). Jadi, Islam
telah ada sebelum abad ke-15 dan diperkirakan berasal dari Majapahit karena
bentuk makam bergaya Majapahit dan berangka tahun Jawa kuno. Di Kalimantan
Timur, Islam masuk melalui Kerajaan Kutai yang dibawa oleh dua orang penyiar agama
dari Minangkabau yang bernama Tuan Haji Bandang dan Tuan Haji Tunggangparangan.
Di Kalimantan Selatan, Islam masuk melalui Kerajaan Banjar yang disiarkan oleh
Dayyan, seorang khatib (ahli khotbah) dari Demak. Di Kalimantan Tengah, bukti
kedatangan Islam
ditemukan pada masjid Ki Gede di Kotawaringin yang bertuliskan angka tahun 1434
M.
Di Sulawesi, Islam masuk melalui raja dan masyarakat Gowa-Tallo. Hal
masuknya Islam ke Sulawesi ini tercatat pada Lontara Bilang. Menurut catatan
tersebut, raja pertama yang memeluk Islam ialah Kanjeng Matoaya, raja keempat
dari Tallo yang memeluk Islam pada tahun 1603. Adapun penyiar agama Islam di daerah ini
berasal antara lain dari Demak, Tuban, Gresik,
Minangkabau, bahkan dari Campa. Di Maluku, Islam masuk melalui bagian utara,
yakni Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo. Diperkirakan Islam di daerah
ini disiarkan oleh keempat ulama dari Irak, yaitu Syekh Amin, Syekh Mansyur,
Syekh Umar, dan Syekh Yakub pada abad ke-8
2.1.1.
Peranan
Perdagangan dalam pelayaran islam di Indonesia
Perkembangan islam, baik dalam agama
maupun tradisi, terjadi setelah bangsa Indonesia bergaul dengan berbagai bangsa
yang ditandai dengan terjalinnya, baik di Asia Tenggara, Asia Selatan, maupun
negeri-negeri Arab. Dalam sejarah Indonesia tidak ada kekuatan asing baik dari
negeri arab maupun india untuk memeluk agama Islam.
Masuknya agama
islam sejalan dengan berkembangnya dan ramainya perdagangan antar jazirah Arab,
teluk Persia, India, Selat Malaka, dan kepulauan Indonesia pada abad ke-7
samapai 15 M. teori yang bnyak dianut oleh kalangan sejarawan bahwa islam masuk
ke Indonesia melalui proses perdagangan. Islam yang masuk secara langsung ke
Indonesia diperkirakan berasal dari daerah Gujarat, India, Persia dan cina.
Perkembangan islam selanjutnya ditandai dengan ramainya perdagangan antara abad
ke-8 dan 15 M yang dilakukan pada jalur laut dalam dunia islam, ditandai hal
berikut:
a.
Para pedagang islam telah
mengembangkan perdagangan bebas yang ditandai dengan jual beli barang tanpa
batas.
b.
Para pedagang islam juga telah
mengembangkan teknik dagang yang mampu meningkatkan perdagangan, mislanya
dengan menggunakan sakk dan check yang memudahkan dalam segi pembayaran.
c.
Mereka juga telah mempelopori
perdagangan-perdagangan modern abad ke-20 dengan dikembangkannya perdagangan
saham sehingga para pedagang bisa menginsvestasikan modalnya dengan cara
membeli saham perusahaan.
d.
Mengembangkan istilah-istilah
dagang yang kelak digunakan dalam bahasa inggris. Istilah arab yang pernah
popular pada abad ke-8 dan 12 M, seperti check, coffer, cipher, nadir, zenith,
zero dan risk diadopsi dari bahasa inggris.
e.
Diperkenalkannya penggunaan kompas
yang ditemukan bangsa cina kepada bangsa eropa. Sejak abad ke-12, kompas
menjadi alat yang sangat penting dalam navigasi atau pelayaran.
f.
Perdagangan jazirah arab atau india
serta asia tenggara dilakukan melalui j
g.
alur laut berpengaruh terhadap
semakin cepatnya penyebaran islam ke arah daerah timur termasuk Indonesia.
2.1.2.
Teori masuknya islam ke Indonesia
a.
Teori
Gujarat
Menurut teori Gujarat, agama islam masuk ke
Indonesia pada abad ke-13 M
atau abad 7 H dan di bawa oleh orang Gujarat ( cambay, india ).
Teori Gujarat ini didukung oleh Snouck Hurgronye, W.F Stutterheim, da Bernar
H.M Vlekke.
Sarjana pertama yang mengemukakan teori ini adalah J.
Pijnapel dari Universitas Leiden pada abad ke 19. Menurutnya,
orang-orang Arab bermahzab Syafei telah bermukim di Gujarat dan Malabar sejak
awal Hijriyyah (abad ke7 Masehi), namun yang menyebarkan Islam ke Indonesia
menurut Pijnapel bukanlah dari orang Arab langsung, melainkan pedagang Gujarat
yang telah memeluk Islam dan berdagang ke dunia timur, termasuk Indonesia.
b.
Teori
Persia
Teori
Persia menyatakan bahwa islam masuk ke Indonesia paa abad ke-13 dan pembawaanya
berasal dari Persia ( Iran ). Pencetus dari teori ini adalah Hoesein
Djajadiningrat, sejarawan asal Banten.
Dalam memberikan
argumentasinya, Hoesein lebih menitikberatkan analisisnya pada adanya kesamaan budaya Persia
dengan budaya islam di Indonesia, seperti peringatan 10 Muharram atau Asyuro sebagai hari suci kaum Syiah
atas kematian Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad, seperti yang berkembang dalam
tradisi tabut di Pariaman di Sumatera Barat. Istilah “tabut” (keranda)
diambil dari bahasa Arab yang ditranslasi melalui bahasa Parsi. Tradisi lain adalah ajaran mistik yang
banyak kesamaan, misalnya antara ajaran Syekh Siti Jenar dari
Jawa Tengah dengan ajaran sufi Al-Hallaj dari Persia. dietemukannya makam
Maulana Malik Ibrahim di Gresik pada 1419 H, dan ditemukannya perkampungan
Islam di Leran Gresik.
c.
Teori
Mekkah
Teori
Mekkah merupakan sanggahan dari teori Gujarat yang menyatakan bahwa islam masuk
ke Indonesia pada abad ke-7 dan pembawaannya berasal dari arab. Tokoh yang
memperkenalkan teori ini adalah Haji Abdul Karim Amrullah atau HAMKA,
salah seorang ulama sekaligus sastrawan Indonesia. Teori ini didasarkan pada
keterangan yang menyatakan bahwa pada abad ke-7 di pantai barat Sumatra telah
terdapat perkampungan islam arab. Teroi ini didukung oleh Hamka, Van Leur, dan
T.W. Arnold.
d. Teori
Cina
Teori Cina
mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia (khususnya di Jawa)
berasal dari para perantau Cina. Orang Cina telah berhubungan dengan masyarakat
Indonesia jauh sebelum Islam dikenal di Indonesia. Pada masa Hindu-Buddha,
etnis Cina atau Tiongkok telah berbaur dengan penduduk Indonesia—terutama
melalui kontak dagang. Bahkan, ajaran Islam telah sampai di Cina pada abad ke-7
M, masa di mana agama ini baru berkembang. Sumanto Al Qurtuby dalam
bukunya Arus Cina-Islam-Jawa menyatakan, menurut kronik masa Dinasti
Tang (618-960) di daerah Kanton, Zhang-zhao, Quanzhou, dam pesisir Cina bagian
selatan, telah terdapat sejumlah pemukiman Islam.
2.1.3.
Sumber-sumber
sejarah mengenai masuknya pengaruh islam di Indonesia
a.
Keterangan
dari para pedagang arab
Masuknya
agama islam ke Indonesia tidak diketahiu secara pasti. Menurut keteranga Ibnu
Hordadzbeth (844-848), pedagang sulaiman (902 M), kerajaan sibuza (Sriwijaya)
berada di bawah kekuasaan kerajaan zabag yang menguasai jalur perdagangan
dengan oman. Dari kerajaan sriwijaya, para pedagang arab mendapatkan kayu
hitam, j=kayu gaharu, kayu cendana, kapur barus dan lain-lain. Dengan demikian
para pedagang sriwijaya abad ke-9 sampai abad ke-13 bukan hanya berdagang
dengan para pedagang cina dan india, melainkan juga dengan pedagang arab dab
Persia.
b.
Keterangan
dari Marcopolo
Para
penganut islam di Indonesia semakin banyak pada abad ke-13. Keterangan dari
Marcopolo yng melakukan perjalanan pulang dari cina menuju Persia dan singgah
di perlak pada tahun 1292 M menyebutkan telah ada kerajaan islam di Tumasik dan
Samudra Pasai. Kedua kerajaan tersebut menguasai perdagangan di selat malaka
dan masih mengakui kedaulatan majapahit. Kedua kerajaan itu juga memiliki
pelabuhan-pelabuhan dagang penting untuk mengekspor lada ke Gujarat dan
benggala dan menampung barang-barang dari pelabuhan-pelabuhan di jawa seperti
Gresik, Tubah, dan Banten. Dengan demikian, pelabuhan-pelabuhan tersebut banyak
dikunjungi oleh para pedagang dari Gujarat, Benggala, dan Jawa.
c.
Berita
dari Tome Pires
Menurut
berita dari seorang portigis bernam Tome Pires ,
pelabuhyan
malak ramai dikunjungi para pedagang dari barat, seperti Kairo, Mekkah, Aden,
Abesien, Kiliwa, Malidi, Ormus, dan serta para pedagang arab dan india serta
pedagang yang berasal dari nusantara sendiri.
Beretemunya para
pedagang, arab, Persia, Gujarat dan benggala dengan pedagang Indonesia
berpengaruh terhadap terciptanya pertukaran pengalaman, kebudayaan, dan
peradaban diantara mereka. Pertemuan ekonomi antara pedagang tersebut merupakan
sarana yang paling pening dalam proses islamnisasi di Indonesia.
Di batu nisan
sultan-sultan Indonesia memberi keterangan mengenai pengaruh islam yang masuk
ke Indonesia. Dari bentuk serta tulisan dalam batu nisan pengaruh Gujarat dan
benggala cukup dominan dalam kebudayaan islam di Indonesia.
Para pedagang
Indonesia yang berdagang di malaka lebih banyak berhubungan dengan pedagang
dari Gujarat dan benggaladibandingkan dengan pedagang arab dan Persia. Dengan
demikian pengarum kebudayaan islam dari Gujarat pun lebih besar di bandingkan
dengan pengaruh kebudayaan islam yang berasal dari pedagang arab dan Persia.
Bukti-bukti
adanya pengaruh islam dari Gujarat di Indonesia dapat dilihat pada jirat atau
bentuk batu nisan makan yang ditemukan di Sumatera dan jawa. Beberapa makam
tersebut adalah sebagai berikut :
1) Sultan
Malik al-saleh (1297 M) sultan ini dianggap sebagai pendiri kerajaan Samudra
Pasai
2) Jirat
yang menggunakan ornament (hiasan) gujatar pada nisan Maulana Malik Ibrahim di
Gresik.
3) Di
daerah lainnya di jawa batu nisan atau jirat yang khas Gujarat diperkirakan
dibuat pada masa kerajaan majapahit, yaiti di Troloya dan Trowulan. Jirat
tersebut menunjukkan bahwa pengaruh pemeluk islam sudah ada di kerajaan
Majapahit dan kebudayaan islam yang dianut mendapat kebudayaan Gujarat.
Sejarawan
cina yang bernama Ma-Hum yang melakukan pelayaran ke asia tenggara bernama
Cheng-Ho menyaakan bahwa sekitar 1400 M banyak pedagang islam yang tinggal di
pesisir pantai utara pulau jawa mereka melakukan perdagangan dengan para
pedagang Cina, India, dan Indonesia .
2.2.
Peranan
Para Wali dan Pedagang dalam Proses Awal Islamisasi di Indonesia
1.
Peranan
Pedagang
a. Proses perdagangan dan penyebaran islam
Masuknya
agama islam ke Indonesia terjadi melalui proses perdagangan para pedagang Indonesia yang telah bergaul
dan berhubungan dengan bangsa-bangsa lain di kota-kota internasional menjadi
kelompok social yang berpengaruh pada kelompok social lainnyadi Indonesia pada
abad ke-12 sampai 17 M. melalui golongan
ini agama islam menyebar sampai keseluruh wilayah Indonesia.
b.
Proses
hubungan sosial yang terbuka
Hubungan
social yang terbuka antara para pedagang dan masyarakat serta dengan para wali
sangat berpengaruh terhadap proses penyebaran islam. Melalui hubungan terbuka
di antara pedagang atau di antara orang-orang bukan pedagang serta hubungan
antara para wali dengan para penduduk setempat, terjadilah mobilitas social
dalam masyarakat Indonesia baik secara vertical maupun horizontal.
Secara
vertical mobilitas social ditandai dengan semakin banyaknya pedagang-pedagan
beragama islam yang mendapatkan keuntungan dari kegiatan dagangnya. Para
pedagang tersebut menjadi kelompok yang memilik kekayaan yang cukup banyak dibandingkan dngan kelompok lainnya. Mereka
mampu meningkatkan status sosialnya sehingga disegani oleh golongan lain.
Menurut
catatan Tome Pires yang mengunjungi Tuban dan Gresik pada tahun 1514, di
kota-kota tersebut telah terdapat pedagang islam yang kaya dari generasi ketiga
yang berfungsi sebagai penguasa-penguasa di pelabuahan.
c. Daya tarik dan kedudukan pedagang islam
Status
tinggi dan terhormat yang memiliki golongan pedagang islam medorong pedagang
lain untuk memasuki bidang perdagangan.
Untuk memudahkan aktivitas sebagai pedagang, golongan tersebut berusaha
untuk memeluk agama baru, yaitu islam dan dagang merupakan dua hal yang yang
tidak bisa dipisahkan pasda zaman ramainya perdagangan di perairan
nusantara abad ke-12 sampai 17 M. dengan
memeluk agama islam sebagian masyarakat akan mempermudah hubungan dagang dan
dunia dagang internasional.
Para
pedagang dari arab, Gujarat, Persia dan jenggal, serta para pedagang nusantara
yang berhubungang dagang dengan malak memiliki kedudukan tinggi. Golongan elit
politik di jawa dan sumatera yang masih dipengaruhi oleh kebudayaan hindu-budha
memandang para pedagang memiliki kedudukan yang tinggi . kekayaan, kekuasaan,
dan agaa serta kebudayaan merupakan unsusre prestise yang dipandang tinggi oleh
para penguasa pedalaman sehingga mendorong golongan elite (penganut
hindu-budha) untuk memeluk agama islam.
d. Daya tarik ajaran islam
Bagi
masyarakat golongan bawah adanya pandangan islam mengenai kedudukan pedagang
yang terhormat dalam masyarakat menjadi
daya tarik tersendiri. Agama baru ini tidak membedakan asal-usul keturunan,
bangsa, dan kedudukan social seperti dalak system kasta agama hindu. Dengan
agama bau tersebut golongan ini tidak lagi dianggap sebagai golongan bawah.
e.
Mobilitas
dan migrasi para pedagang islam
Semakin
banyak golongan pedagang dan golongan pemeluk islam baru, maka terjadilah
mobilitas social secara horizontal. Mobilitas tersebut ditandai dengan semakin
banyaknya persebaran pedagang diseluruh pelabuhan nusantar dan persebaran
penduduk penganut agama islam di daerah sekitarnya.
Setelah
penduduk di kota-kota pelabuhan dagang di Sumatra dan jawa memeluk islam, maka
penduduk pesisir di Kalimantan, Sulawesi, nusa tenggara dan Maluku pun mengitu
langkah yang sama. Lahirnya kerajaan-kerajaan islam di Sumatra dan jawa di
susul lahirnya kerajaan-kerajaan baru di kawasan Indonesia bagian timur.
f. Kegiatan Dakwah oleh Para Wali
Selai penyebaran secara alami
melalui proses perdagangan, proses penyebaran islam juga terjadi melalui
usaha-usaha nyata yang dilakukan oleh orang – orang yang merasa berkewajiban
untuk menyebarkannya. Penyebaran tersebut dilakukan memalui dakwah yang
dirintis oleh para wali jawa di jawa dan beberapa daerah lainnya di Indonesia.
Menurut sejarah lisan masyarakat
jawa terdapat wali yang menyebarkan agama islam di jawa. Wali-wali tersebut terkenal
dengan sebutan Wali Songo, diantara wali-wqali tersebut terdapat Sembilan
orang yang memiliki pengaruh luas bukan
hanya di golongn bawah tetapi juga. pada golongan elit. Kesemblan wali yang
paling dikenal tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Maulana Malik Ibrahim
(wafat 1419 M ) atau Maulana Magribi
yang dimakamkan di gersik, menyebarkan islam dengan cara pendekatan prgaulan.
Sebelum menyebarkan islam Maulana Malik Ibrahim
menedekati penduduk setempat untuk mengenal adat istiadatnya terlebih
dahulu.
2. Sunan Ampel,
kemenakan dari raja Majapahit, Kertawijaya (1467 M) menyebarkan islam melalaui
pendidikan pesantren. Wali ini adalah perancang kerajaan Islam pertama di Jawa
(kesultanan Demak) dan pembina pondok pesantren pertama di Jawa Timur.
Murid-muridnya antara lain adalah Raden Fatah (sultan pertama kesultanan
Demak), Sunan Giri, Sunan Drajat, dan putranya sendiri: Sunan Bonang.
3. Sunan Giri tatau Raden Paku,
murid Sunan Ampel meneyebarkan islam melalui dunia seni. Ia seorang penduduk
yang berjiwa demokratis. Ia mendidik melalui permainan yang berjiwa agama,
misalnya melalui permainan “cublak-cublak suweng”.
4. Sunan Bonang
yang dilahirkan (1465 M) dalah putra Sunan Ampel yang menyebarkan islam di
Tuban dan menggunakan kultur pra islam dalam penyebaran agama islam. Ia banyak
melakukan siar Islam melalui budaya. Ia terkenal sebagai pencipta gending
pertama untuk menyebarkan agaman Islam di pesisir Jawa Timur.
5. Sunan Drajat,
putra ketiga dari Sunan Ampel, melakukan penyebaran agama islam
denganpendekatan social. Wali ini sangat banyak memberi perhatian pada
masalah-masalah sosial. Tema Dakwahnya selalu berorientasi pada
kegotongroyongan.
6. Sunan Kudus,
Panglima Kesultanan Demak dan pendiri masjid Menara Kudus, Jawa Tengah, ini
dikenal sebagai wali yang ahli dalam bidang ilmu agama.Menyebarkan islam di Kudus menggunakan
pendekatan seni dalam menyebarkan islam.
7. Sunan Muria,
Ia banyak berjasa dalam menyiarkan agama Islam di pedesaan, terutama di sekitar
Gunung Muria, Jawa Tengah.Banyak
menyebarkan agama islam di daerah pedalaman kudus. Pendekatan kebudayaanya
dilaukan dengan menarik rakyat golongan bawah untuk masuk dan memeluk agama
islam.
8. Sunana kalijaga
berasal dari lingkungan keraton majapahit. Ia menyebarkan agama islam dengan
memanfaatkan saran wayang yang digemari masyarakat pedalamn jawa. Jasanya dalam
menyebarkan Islam melalui kesenian terlihat dari seni wayang, gamelan, ukir,
busana, dan sastra yang diciptakannya,
9. Sunan Gunung Jati,
Ia dikenal sebagai pendiri dinasti raja-raja Cirebon dan Banten, Jawa Barat. Ia
adalah peletak dasar bagi pengembangan Islam dan perdagangan orang Islam di
Banten tahun 1525/1526.Meneybarkan
agama islam di jawa barat, terutama di Cirebon.
2.3.
Metode Penyebaran Agama Islam
a. Perkawinan
Dilihat dari
sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial lebih baik dari pada
pribumi Indonesia sendiri, sehingga tidak sedikit penduduk pribumi yang
tertarik denan para pedagang muslim tersebut khususnya putri-putri raja dan
bangsawan. Proses islamisasi ini dilakukan sebem adanya pernikahan yang
kemudian dilanjutkan dengan proses pernikahan sampai pada akhirnya mereka
mempunyai keturunan dan mampu membuat daerah-daerah atau bahkan
kerajaan-kerajaan islam.
Jalur
perkawinan ini lebih menguntungkan apabila terjadi antara saudagar muslim
dengan anak bangsawan atau anak raja dan adipati, karena bangsawan, raja, dan
adipati dapat mempercepat proses masuknya islam di Indonesia.
Demikianlah
yang terjadi antara raden rahmat atau sunan ampel dengan nyai manila. Sunan
gunung jati dengan putrid kaunganten. Brawijaya dengan putri campa yang
menurunkan raden fatah ( raja pertama demak)
b.
pendidikan
Pendidikan
agama islam dilakukan melalui lembaga pesantren ( pondok pesantren ) atau
perguruan islam. Yang mencangkup berbagai
daerah. Setelah
keluar dari pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing kemudian mereka
berdakwah ketempat tertentu mengajarkan islam. Misalnya, pesantren yang
didirikan oleh raden rahmat di Ampel Denta Surabaya dan sunan giri di giri.
Keluaran pesantren giri ini banyak yang di undang ke maluku untuk mengajarkan
agama islam. Dengan demikian agama islam dapat berkembang ke seluruh
Indonesia.
Sebelum menjadi lembaga pendidikan resmi pada tahun
1800-an , pesantren berawal dari kegiatan guru agama di masjid atau istana,
yang mengajarka tasawuf di pertapaan atau dekat makam keramat, pada abad XVI
dan XVII. Sebuah sumber sejarah tradisional, yaitu serat chenthini menyebutkan
bahwa cikal bakal pesantren terdapat di karang, Banten, berdiri sekitar tahun
1520-an.
c.
Dakwah
Penyebaran
agama islam dilakukan oleh para wali dan guru dakwah (mubalig). Contohnya
penyebaran agama islam di pulau jawa dilakukan pleh para wali, yang terkenal
dengan sebutan wali songo..
d.
akulturasi dan asimilasi kebudayaan
Melalui
penggabungan dengan unsur – unsur kebudayaan yang ada pada daerah tertentu.
Misalnya penggunaan doa – Islam dalam ucapan adat, seperti kelahiran, selapan
(peringatan bayi berusia 35 hari )., perkawinan, seni wayang kulit, beberapa
bangunan, ragam hias, dan kesustraan.
e.
Saluran kesenian
Saluran
islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang.
Dikatakan, sunan kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan
wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para
penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita
wayang masih dipetik dari cerita mahabarata dan Ramayana, tetapi di dalam
cerita itu disisipkan ajaran dan nama-nama pahlawan islam. Kesenian-kesenian
lain juga dijadikan alat islamisasi, seperti sastra ( hikayat, babad, dan
sebagainya ), seni bangunan dan seni ukir.
f.
. Saluran politik
Di maluku
dan sulawesi selatan, kebanyakan rakyat masuk islam setelah rajanya memeluk
islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya islam
didaerah ini. Di samping itu, baik di sumatera dan jawa maupun di Indonesia
bagian timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan islam memerangi
kerajaan-kerajaan non-islam. Kemenangan kerajaan islam secara politis banyak
menarik penduduk kerajaan bukan islam itu masuk islam.
2.4.
Perkembangan Kerajaan Islam di Indonesia
a.
Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Samudera Pasai terletak di pantai utara
Aceh, pada muara Sungai Pasangan (Pasai). Pada muara sungai itu terletak dua
kota, yaitu samudera (agak jauh dari laut) dan Pasai (kota pesisir). Kedua kota
yang masyarakatnya sudah masuk Islam tersebut disatukan oleh Marah Sile yang
masuk Islam berkat pertemuannya dengan Syekh Ismail, seorang utusan Syarif
Mekah. Merah Selu kemudian dinobatkan menjadi sultan (raja) dengan gelar Sultan
Malik al Saleh.
Setelah resmi menjadi kerajaan Islam, Samudera Pasai
berkembang pesat menjadi pusat perdagangan dan pusat studi Islam yang ramai.
Pedagang dari India, Benggala, Gujarat, Arab, Cina serta daerah di sekitarnya
banyak berdatangan di Samudera Pasai.
Samudera Pasai setelah pertahanannya kuat segera
meluaskan kekuasaan ke daerah pedalaman meliputi Tamiang, Balek Bimba,
Samerlangga, Beruana, Simpag, Buloh Telang, Benua, Samudera, Perlak, Hambu Aer,
Rama Candhi, Tukas, Pekan, dan Pasai.
b.
Kerajaan Aceh
Aceh semula menjadi daerah taklukkan Kerajaan Pedir.
Akibat Malaka jatuh ke tangan Portugis, pedagang yang semula berlabuh di
pelabuhan Malaka beralih ke pelabuhan milik Aceh. Dengan demikian, Aceh segera
berkembang dengan cepat dan akhirnya lepas dari kekuasaan Pedir. Aceh berdiri
sebagai kerajaan merdeka. Sultan pertama yang memerintah dan sekaligus pendiri
Kerajaan Aceh adalah Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1528 M).
Letak Aceh yang strategis menyebabkan perdagangannya
maju pesat. Dengan demikian, kebudayaan masyarakatnya juga makin bertambah maju
karena sering berhubungan dengan bangsa lain. Contohnya, yaitu tersusunnya
hukum adat yang dilandasi ajaran Islam yang disebut Hukum Adat Makuta Alam.
Dengan hukum adat Makuta Alam itulah, sehingga tata
kehidupan dan segala aktivitas masyarakat Aceh didasarkan pada aturan Islam.
Dengan demikian, keadaan Aceh seolah-olah identik dengan Mekah, Arab Saudi.
Atas dasar itulah, Aceh mendapat julukan Serambi Mekah.
c.
Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di
Pulau Jawa. Demak sebelumnya merupakan daerah vasal atau bawahan dari
Majapahit. Daerah ini diberikan kepada Raden Patah, keturunan Raja Majapahit
yang terakhir.
Ketika kekuasaan kerajaan Majapahit melemah, Raden
Patah memisahkan diri sebagai bawahan Majapahit pada tahun 1478 M. Dengan
dukungan dari para bupati, Raden Patah mendirikan kerajaan Islam Demak dengan
gelar Senopati Jimbung Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama.
Sejak saat itu, kerajaan Demak berkembang menjadi kerajaan maritim yang kuat.
Wilayahnya cukup luas, hampir meliputi sepanjang pantai utara Pulau Jawa.
Sementara itu, daerah pengaruhnya sampai ke luar Jawa, seperti ke Palembang,
Jambi, Banjar, dan Maluku.
d.
Kerajaan Banten
Semula Banten menjadi daerah kekuasaan Kerajaan
Pajajaran. Rajanya (Samiam) mengadakan hubungan dengan Portugis di Malaka untuk
membendung meluasnya kekuasaan Demak. Namun melalui, Faletehan, Demak berhasil
menduduki Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Sejak saat itu, Banten segera
tumbuh menjadi pelabuhan penting menyusul kurangnya pedagang yang berlabuh di
Pelabuhan Malaka yang saat itu dikuasai oleh Portugis.
Pada tahun 1552 M, Faletehan menyerahkan
pemerintahan Banten kepada putranya, Hasanuddin. Di bawah pemerintahan Sultan
Hasanuddin (1552-1570 M), Banten cepat berkembang menjadi besar. Wilayahnya
meluas sampai ke Lampung, Bengkulu, dan Palembang.
e.
Kerajaan Makassar
Di Sulawesi Selatan pada awal abad ke-16 terdapat banyak kerajaan, tetapi yang terkenal adalah Gowa, Tallo, bone, Wajo, Soppeng, dan Luwu. Berkat dakwah dari Datuk ri Bandang dan Sulaeman dari Minangkabau, akhirnya Raja Gowa dan Tallo masuk Islam (1605) dan rakyat pun segera mengikutinya.
Kerajaan Gowa dan Tallo akhirnya dapat menguasai kerajaan lainnya. Dua kerajaan itu lazim disebut Kerajaan Makassar. Dari Makasar, agama Islam menyebar ke berbagai daerah sampai ke Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Makassar merupakan salah satu kerajaan Islam yang ramai akan pelabuhannya. Hal ini, karena letaknya di tengah-tengah antara Maluku, Jawa, Kalimantan, Sumatera, dan Malaka.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Masuknya Islam ke Indonesia menimbulkan berbagai
teori. Meski terdapat beberapa pendapat mengenai kedatangan agama Islam di
Indonesia, banyak ahli sejarah cenderung percaya bahwa masuknya Islam ke
Indonesia pada abad ke-7 berdasarkan Berita Cina zaman Dinasti Tang.
Abad ke-13 Masehi lebih menunjuk pada perkembangan
Islam bersamaan dengan tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.
Perkembangan
islam, baik dalam agama maupun tradisi, terjadi setelah bangsa Indonesia
bergaul dengan berbagai bangsa yang ditandai dengan terjalinnya, baik di Asia
Tenggara, Asia Selatan, maupun negeri-negeri Arab. Dalam sejarah Indonesia
tidak ada kekuatan asing baik dari negeri arab maupun india untuk memeluk agama
Islam.
Ada beberapa teori
yang menyinggung mengenai kedatangan islam ke nusantara diantaranya teori
gujarat,teori persia,teori mekkah,teori cina.
Bukti-bukti adanya
pengaruh islam dari Gujarat di Indonesia dapat dilihat pada jirat atau bentuk
batu nisan makan yang ditemukan di Sumatera dan jawa. Beberapa makam tersebut
adalah sebagai berikut :Sultan Malik al-saleh (1297 M) sultan ini dianggap sebagai
pendiri kerajaan Samudra Pasai,Jirat
yang menggunakan ornament (hiasan) gujatar pada nisan Maulana Malik Ibrahim di
Gresik,di
daerah lainnya di jawa batu nisan atau jirat yang khas Gujarat diperkirakan
dibuat pada masa kerajaan majapahit.
Proses penyebaran islam
juga terjadi melalui usaha-usaha nyata yang dilakukan oleh orang – orang yang
merasa berkewajiban untuk menyebarkannya. Penyebaran tersebut dilakukan memalui
dakwah yang dirintis oleh para wali jawa di jawa dan beberapa daerah lainnya di
Indonesia.
Selanjutnya
metode-metode yang dilakukan untuk menyebarkan agama islam yaitu melalui
perkawinan,pendidikan,perdagangan,seni budaya,akulturasi dan asimilasi budaya
serta dari segi politik.
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar