BAB I
PENDAHULUAN
I.I.
Latar Belakang
Di
Wilayah kawasan Asia selatan terdapat organisasi regional yang dinamakan SAARC
(South Asian Association for Regional Cooperation) yang di dalam nya terdapat
delapan Negara anggota yaitu Afganistan, Bangladesh, Bhutan, India, Maldives,
Nepal, Pakistan dan Sri Lanka. tidak dapat di pungkiri perhatian kita akan
tertuju kepada hubungan antara Negara india dan Negara Pakistan yang tidak
pernah mengenal kata damai, konflik – konflik laten yang selalu mewarnai
hubungan kedua Negara seringkali menimbulkan kecemasan di antara hubungan
kerjasama regional dengan Negara Negara lain nya.
Pada tahun 1947 Inggris menarik diri
dari Asia Selatan dan anak benua itu pecah menjadi 2 negara, India yang mayoritas
penduduknya Hindu dan Pakistan yang mayoritas Islam. Perbedaan komunal dalam
perkembangannya tidak dapat diatasi oleh para pemimpin Hindu dan Muslim dari
proses menuju intregasi Negara bangsa.Sejak pemisahan tersebut, konflik antara
kedua komunitas ini menjelma menjadi konflik antar negara. Sehingga bentrokan
senjata tidak dapat dihindari di perbatasan kedua negara. Sedangkan persoalan
wilayah muncul dari proses pembagian wilayah yang tidak tuntas oleh kolonial
Inggris dan mengandung persoalan yang rumit sejak terjadi pemisahan Pakistan
dari India pada tahun 1947.
Adapun
proses perang India dan Pakistan yaitu perang yang terjadi sejak bulan Agustus
1947.Peristiwa ini memiliki empat kejadian perang,tiga diantaranya merupakan
perang utama dan yang satunya hanya merupakan perang kecil yang terjadi
diantara keduanya.Tiap kasus perang yang terjadi penyebab utamanya yaitu
wilayah Kashmir kecuali perang yang terjadi tahun 1971 yang disebabkan oleh
masalah Pakistan timur.
Sejak tahun
1947 keduan negara ini memang sudah sering terjadi konflik perpecahan bahkan
dikatakan sampai sekarang belum tuntas.
I.2 Rumusan Masalah
1. Faktor-Faktor apa saja yang menjadi Penyebab Perpecahan yang terjadi
antara India dan Pakistan ?
2. Konflik atau perang apa saja yang terjadi antara India dan Pakistan ?
3. Bagaimana pandangan dan peran luar negeri terhadap konflik India Pakistan
?
1.3 Tujuan
Maslah
1. Untuk
mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang menjadi Penyebab perpecahan antara
India dan Pakistan.
2. Mengetahui
konflik atau perang apa saja yang terjadi antara Pakistan dan India.
3. Mengetahui
bagaimana pandangan negara-negara luar terhadap konflik India – Pakistan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Faktor yang menjadi penyebab awal dari
konflik antara India dan Pakistan.
India dan
Pakistan adalah dua Negara di asia selatan yang selalu di rundung konflik laten
di antara kedu nya. konflik yang sampai sekarang belum menemukan titik temu di
antara kedua nya di sebabkan oleh beberapa faktor pemicu. Diantara nya adalah
oleh faktor sejarah, Anak benua India lahir dari tangan Inggris dalam satu
kesatuan pada tahun 1947.
Sejak mendapat kemerdekaan dari
Inggris tahun 1947, India–Pakistan telah 4 kali berperang, dimana tahun 1949
terjadi perang terbuka dikarenakan Konflik Kashmir, dan perang lainnya karena
India membantu Pakistan Timur (kini bernama Bangladesh) melepaskan diri dari
Islamabad. Kashmir sendiri wilayahnya tidak hanya dijadikan rebutan antara
India dan Pakistan, tapi juga Cina.
Penyebab
awalnya yaitu ketika India tetap mengklaim seluruh Kashmir
adalah teritorinya dan Pakistan menolaknya.Kashmir sendiri merupakan simbol
bagi identitas nasional India sekaligus Pakistan, menjadi kendala dalam urusan
politik dalam negeri, serta kompromi bagi kedua negara sulit terwujud. Sengketa
soal kashmir menjadi konflik panjang dan berlarut-berlarut antara India dan
Pakistan hingga sekarang. Ia tidak saja mengganggu rekonsiliasi bagi kedua
pemerinta, tetapi juga merupakan kendala tang sangat mengganggu hubungan dua
komunitas, umat Islam dan Hindu, di kedua negara. Bahkan menimbulkan luka yang
dalam dari pecahnya pertempuran antara India dengan Pakistan sebanyak tiga
kali, yakni pada 1947-1948, 1956 dan 1971. Kendala tersebut terutama dirasakan
di India, hal mana umat Islam merupakan minoritas terbesar (sekitar 140 juta
orang) ditengah mayoritas komunitas Hindunyang berjumlah lebih dari 1 miliar
jiwa. Kendatipun sudah terdapat organisasi SAARC (South Asian Assosiation for Regional Coorporation / Perhimpunan
Bangsa Asia Selatan bagi kerjasama Regional), semacam ASEAN di kawasan
Asia Tenggara, yang lahir pada Desember
1985, tetap saja ketegangan hubungan antara India dengan Pakistan masih terasa.
Sengketa soal Kashmir yang telah
berubah menjadi konflik berdarah, sesungguhnya bermula dari keputusan
pemerintah kolonial Inggris untuk membagi anak Benua India menjadi dua negara
merdeka, India dan Pakistan, yang terlaksana pada Agustus 1947. Keputusan itu
beralasan karena tidak ada alternatif lain, sebagai akibat perbedaan garis
perjuangan ideologis yang tajam antara Partai Indian National Congress/Partai
Kongres (Mewakili Komunitas Hindu) dan Partai Muslim League/Liga Muslim
(sebagai wakil komunitas Muslim).
Bagi negara kepangeranan (the prince
of Indian States), mereka diberi tawaran untuk memilih bergabung dengan India
atau Pakistan. Di sinilah mulai timbulnya akar permasalahan konflik Kashmir.
Penguasa Kashmir adalah Maharaja Hindu, sementara mayoritas rakyatnya beragama
Islam. Karena dia khawatir rakyatnya akan memilih bergabung dengan Pakistan,
padahal dia ingintetap berkuasa di Kashmir, maka dia memilih bergabung dengan
India.
Penyebab Wilayah Kashmir
diperebutkan oleh India dan Pakistan :
·
faktor
goegrafis. Kashmir terletak di dalam rangkaian Pegunungan
Himalaya, sehingga wilayahnya bergunung-gunung dengan ketinggian antara 600
sampai 7.600 m di atas permukaan air laut. Puncak gunung Himalaya tertinggi
kedua, setelah Puncak Everest, yakni Puncak Godwin Austin (tinggi 8.611 m),
berada di Kashmir. Luas seluruh wilayah Kashmir sekitar 223.000 km dan berada
di sebelah utara dataran Punjab. Secara geografis, wilayah Kashmir memiliki
arti yang sangat strategis karena rangkaian pegunungan Kashmir membentuk pintu
gerbang alami antara China, India dan Pakistan. Bagi Pakistan, wilayah Kashmir
sangat vital karena beberapa sungai utama sebagai pemasuk air untuk pengairan
lahan pertanian mengalir lewat Kashmir. Tiga anak Sungai Indus, yakni Jhelum,
Chenab dan Ravi bermata air di Kashmir. Dengan kata lain, wilayah Kashmir bagi
Pakistan adalah soal hidup dan mati. Sebab bila seluruh Kashmir di kuasai
India, Pakistan khawatir suplai air di empat sungai tersebut akan dibendung dan
dialirkan ke India.
·
Faktor
geopolitik. Bagi India adalah dengan dikuasainya Kashmir akan
memungkinkan India memiliki akses terhadap wilayah strategis di bagian barat
daya, di samping Kashmir menyediakan suatu rangkaian hubungan tradisional
antara Asia Tengah dan Subkontinen. Hubungan India dan ketiga Negara
tetangganya yang terpenting - Rusia, China, Afghanistan sangat tergantung pada
luasnya wilayah Kashmir yang dapat dikuasai.
2.1.1. Latar Belakang Historis Kashmir
Selama
berabad-abad, Kashmir berada di bawah kekuasaan/pemerintahan orang-orang Hindu.
Ananda K. Coomaraswamy (1926:141), menceritakan bahwa Kashmir pernah menjadi
Dominion Raja Asoka (berkuasa 250 SM) dari Dinasti Maurya, Raja Kanishka dan
Huviskha (berkuasa pada abad II M) dari Dinasti Kushana. Kemudian pada masa
Dinasti Gupta (sekitar abad IV), Kashmir menjadi daerah vasal yang harus
membayar upeti tahunan. Sejak masa Harsya (abad VII), wilayah Kashmir menjadi
negara merdeka yang memiliki kekuasaan hingga Lembah Sind, Punjab dan Taxila.
Selanjutnya, abad VIII dan XIX dikenal sebagai periode klasik budaya Kashmiri.
Ketika
India Utara mulai ditaklukkan oleh pasukan tentara Muslim, Kashmir relatif
terlindung dikarenakan letaknya yang bergunung-gunung. Sultan Mahmud dari
Gahzna dua kali mencoba menyerbu Kashmir dari arah Selatan, pada 1015 dan 1021,
namun dapat di gagalkan oleh Raja Hindu Kashmir di Benteng Lohkot. Tetapai
sejak itu, penguasa Hindu Kashmir mulai menggunakan tentara sewaan Turki
Muslim, yang disebut Turushka. Pengaruh mereka makin lama makin kuat dan nanti
ganti mengambil alih kekuasaan Hindu. Barangkali sejak itu pula dimulai proses
Islamisasi rakyat Kashmir, sehingga nantinya wilayah ini berpenduduk mayoritas
Muslim.
Dalam
tahun 1335 mulailah Kashmir dikuasai oleh Dinasti Muslim. Kala itu seorang
petualangMuslim bernama Syah Mirza Swati, yang telah menjadi menteri pada Raja
Sinha Deva, berhasil mengambil alih kekuasaan. Dinasti yang didirikan oleh Syah
Mirza Swati berlangsung lebih dari dua abad (1335-1561). Raja Syah Mirza Swati
yang bergelar Syamssuddin memerintah dengan cakap dan sangat toleran terhadap orang-orang Hindu, tetapi cucunya
yang bernama Sikandar, mengambil kebijakan berbeda. Sebagai Muslim taat yang
melindungi para ulama dan cendekiawan, dai mengejar-ngejar kaum Hindu dan
menghancurkan kuil-kuil mereka. Karena reputasinya ini, Sikandar diberi gelar
Butshikon (penghancur berhala).
Zaman
keemasan Kashmir Muslim dicapai pada masa pemerintahan Zainal Abidin
(memerintah pada 1420-1470), putra Sikandar yang mengambil kebijakan bersikap
arif dan toleran terhadap orang-orang Hindu. Dibawah perlindungannya, dilakukan
penerjemahan kitab Mahabrata karya Wyasa dan Babad Kashmir, Rajatarangini karya
Kalhana, semuanya ke dalam bahasa Persia. Sayangnya sepeninggal Zainal Abidin,
keturunannya saling bertikai satu sama lain. Kemudian tahta Kashmir dipegang
oleh suku Chak sejak 1561. Ketika itu Ghazi Khan ibn Chak (1561-1563) menjadi
raja dengan gelar Padisyah, meniru kekaisaran Mughal. Pada akhirnya kekuasaan
suku Chak atas Khasmir beralih ke tangan Sultan Akbar dari Mughal, yang pada
1581 menyerbu Kashmir dan menjadikannya sebagai bagian dari Kekaisaran Mughal.
Secara
politik, Kashmir dapat dipersatukan kembali baru pada abad XIX oleh keluarga
Dogra dari suku bangsa Rajput Hindu. Adalah Gulab Singh, seorang pengelana dari
keluarga Dogra, berhasil mendirikan kerajaan yang berpusat di Srinagar setelah menaklukkan Kashmir. Pada
1846, pemerintah Inggris mengukuhkan Gulab Singh sebagai penguasa wilayah Jammu
dan Kashmir, menyusul ditaklukkannnya kerajaan Sikh oleh Inggris. Semenjak itu
Kashmir berada di tangan Maharaja Hindu, menguasai rakyatnya yang mayoritas
beragama Islam. Keturunan Gulab Singh inilah, seabad kemudian (1947), memilih
bergabung dengan negara India.
2.1.2. Akar Konflik Kashmir
Akar
konflik di Kashmir berawal sejak pergerakan kebangsaan India merebak, bersamaan
lahirnya Partai Kongres pada 1885 dan Muslim League (Liga Muslim) pada 1906.
Kedua organisasi seolah mewakili aspirasi dan kepentingan dua komunitas yang
berbeda. Kongres mewakili komunitas Hindu, sedangkan Liga Muslim mewakili
komunitas Muslim. Secara lebih sempit lagi, perbedaan itu diwakili oleh dua figur
top kedua organisasi. Pada Kongres adalah Mahatma Gandhi (1869-1948) dan Liga
Muslim, Muhammad Ali Jinnah (1876-1948).
Pada
awalnya Kongres dan Liga Muslim mampu bekerjasama,bahu-membahu dalam perjuangan
pergerakan kebangsaan India. Ini nampak dari munculnya kesepakatan Lucknow Pact
1916, berisi persetujuan Kongres atas pemilihan terpisah bagi Komunitas Muslim
dan kesepakatan bersama dalam pembuatan UUD atas dasar status dominion, sebagai
penghargaan Inggris atas partisipasi India dalam Perang Dunia I. Berikutnya,
Kongres mendukung gerakan khilafat pada 1919 dari kalangan Muslim untuk
menyelamatkan kekhalifahan Pan-Islam Turki Usmani dan untuk mengusir Inggris
dari India.
Perpecahan
antara Kongres dan Liga Muslim mulai menggejala secara nyata sejak pemerintahan
Inggris memberikan self-goverment
(pemerintahan sendiri) pada tahun 1935. Dalam pemilihan umum 1937, Kongres
menang mutlak dan ini diikuti dengan wewenang Kongres untuk memerintah India.
Kekecewaan Liga Muslim bukan hanya soal kalah dari Kongres, malahan di provinsi
yang mayoritas Muslim, melainkan lebih karena Kongres menolak tawaran Liga
Muslim untuk mendirikan negara terpisah bagi Komunitas Muslim, yang disebut
Pakistan (tanah orang suci), seperti tersirat dan tersurat dalam “Resolusi
Lahore” tahun 1940.
Pemerintahan
Inggris tidak melihat alternatif lain kecuali pembagian anak Benua India,
ketika menyaksikan konflik kerusuhan komunal yang berdarah antara umat Hindu
dan Muslim setelah usainya PD II. Keputusan pembagian anak Benua India
dikeluarkan oleh parlemen Inggris pada 1 Juli 1947, di mana anak Benua India
dibagi menjadi dua dominion merdeka, India dan Pakistan. Dominion India di
bawah Gubernul Jenderal Lord Mountbatten dan PM Jawaharlal Nehru, sementara
Pakistan di bawah Gubernur Jenderal Muhammad Ali Jinnah dan PM Liquat Ali Khan.
Konsekuensi
dari pembagian anak Benua India menjadi dominion India dan Pakistan sungguh
mengenaskan. Sebab Provinsi Punjab dan Benggala harus dibelah dua dan hal ini
disusul dengan perpindahan pengungsi secara besar-besaran. Menurut taksiran
1948, jumlah pengungsi Muslim India yang pindah ke Pakistan sekitar 6.500.000
orang kira-kira 5.000.000 pengungsi Muslim lainnya mati atau hilang dalam
perpindahan itu. Sebaliknya pengungsi Hindu dan Sikh yang pindah ke India berjumlah
sekitar 5.500.000 orang, termasuk yang mati dalam perpindahan tersebut.
Bagi
para penguasa pribumi, yakni para Raja lokal yang jumlahnya sekitar 500
kerajaan, diberi pilihan dan tawaran untuk memilih bergabung dengan India atau
Pakistan. Pilihan dan tawaran ini berarti soal pertahanan, urusan luar negeri
dan komunikasi dari raja-raja lokal itu berada di tangan dominion India atau
Pakistan di mana dia bergabung, atau bisa pulang bermakna integrasin secara
penuh. Pada umumnya hal ini berlangsung dengan damai kecuali beberapa kerajaan
kecil (swapraja) seperti Junagadh, Hyderabad dan Kashmir.
Persoalan
Junagadh, Swapraja ini berpenduduk sekitar 800.000 jiwa dengan perincian 80%
penduduk beragama Hindu dan selebihnya 20% beragama Islam, tetapi penguasaannya,
Nawab, seorang Muslim. Ketika pada Juli 1947 Nawab memilih bergabung dengan
Pakistan, India memprotes keras dan langsung campur tangan. Setelah diadakan
plebesit dengan hasil mayoritas penduduknya memilih masuk India, maka Swapraja
Junagadh masuk menjadi bagian India kendatipun Pakistan memprotesnya. Sedangkan
Hyderabad merupakan swapraja terbesar di India, berpenduduk kira-kira 16 juta
jiwa dan proporsi Muslim sekitar 2 jutaa jiwa. Penguasanya Nizam Muslim yang
berupaya mempertahankan kemerdekaannya, hal mana juga diperbolehkan menurut
deklarasi Viceroy Lord Mountabatten tertanggal 3 Juni 1947. Tetapi India
mengirimkan pasukan ke Hyderabad dan memaksa penguasanya bergabung dengan
India. Sekalipun Pakistan melakukan protes kepada PBB, pengabungan berjalan
terus .
Jika
melihat kedua kasus itu dan mempertimbangkan proporsi penduduknya yang
mayoritas, Muslim maka Kashmir secara geografis, ekonomis dan terlebih lagi
ikatan agama/kultural lebih dekat kepada Pakistan sereta sudah selayaknya
bergabung dengan Pakistan. Namun yang menjadi persoalan, penguasa Kashmir,
Maharaja Hari Singh yang beragama Hindu, menginginkan kelangsungan takhtanya.
Hal ini mungkin bila dia bergabung dengan India ketimbang Pakistan.
Yang kedua di sebabkan
oleh faktor agama di antara mereka.Di bawah Ali Jinnah, mengambil jalan sendiri memisahkan diri dari
India karena merasa bahwa aspirasi politik umat Islam saat itu tak bisa
disalurkan. Oleh karena itu karena dukungan masyarakat penganut Islam maka
lahir Pakistan bebas dari India.
Yang ketiga adalah
faktor politik, Setelah Pakistan memisahkan diri dari India menjadi Pakistan
timur dan barat, pada perjalanan sejarahnya Pakistan timur tidak tertampung
aspirasi politiknya. Dengan dukungan India, Pakistan timur berpisah dari
Pakistan barat yang kemudian melahirkan negara baru, Banglades. Kepentingan
Pakistan timur akan penampungan aspirasi politiknya menjadi pendorong
terjadinya kelahiran baru Bangladesh meskipun tidak ada persoalan agama karena
keduanya mayoritas penduduknya Muslim.
Yang keempat adalah
faktor keamanan, Karena merasa adanya ancaman terutama dari negara besar
seperti India di Asia Selatan, Pakistan ataupun Sri Lanka merasakan betapa
perlunya mempersenjatai diri. Pakistan terutama sering merasa ancaman ideologi
yang dilatarbelakangi agama Hindu terus membayang-bayangi. Oleh karena itu
interaksi yang terjadi di kawasan pun lebih dilandasi oleh kecurigaan dan
kehati-hatian terutama melihat tindak-tanduk India yang tak bisa dipercaya
begitu saja.Pacuan senjata di Asia Selatan dipicu oleh kecurigaan terutama dari
Pakistan ke India dan sebaliknya. Tidak mengherankan apabila Pakistan berusaha
mencari senjata pamungkas yakni nuklir sebagai kekuatan penggetar yang kemudian
justru mempercepat kelahiran program senjata nuklir India. Meskipun kedua
negara belum secara terus terang menggelar senjata nuklirnya namun sudah
menjadi pendapat umum bahwa baik Pakistan maupun India memiliki kemampuan
membuat bom atom.
Yang kelima adanya
faktor persaingan, pengaruh dua negara besar di kawasan ini berusaha saling
memantapkan pengaruhnya di Asia Selatan maupun ikut mempengaruhi negara besar
di luar kawasan untuk masuk ke wilayah itu.
2.2. Konflik atau Perpecahan yang terjadi antara
India dan Pakistan
Empat Perang Sengit Antara India - Pakistan yang
Pernah Terjadi. Ketiganya disebabkan masalah
utama yaitu perebutan wilayah kashmir dan yang satunya disebabkan oleh masalah
wilayah pakistan timur.
Wilayah Khasmir
terbagi oleh tiga negara: Pakistan mengontrol barat laut, India mengontrol
tengah dan bagian selatan Jammu dan Kashmir, dan Republik Rakyat Cina menguasai
timur laut (Aksai Chin).Pakistan memandang seluruh wilayah Kashmir sebagai
wilayah yang di pertentangkan, dan tidak menganggap klaim India atas wilayah
ini. Sebuah pilihan yang disukai banyak orang Kashmir adalah kemerdekaan, namun
baik Pakistan dan India menentang hal ini.
Perang
India-Pakistan 1947, kadang-kadang disebut sebagai Perang Kashmir Pertama,
adalah perang yang terjadi antara India dan Pakistan terhadap wilayah Kashmir
dari tahun 1947 sampai 1948. Perang ini merupakan perang pertama dari empat
perang yang terjadi antara India dan Pakistan. Akibat perang ini masih
memengaruhi geopolitik kedua negara.
2.Perang India-Pakistan
1965
Perang
India-Pakistan 1965, juga disebut Perang Kashmir Kedua, adalah perang yang
terjadi antara India dan Pakistan pada Agustus 1965 sampai September 1965. Perang
ini adalah pertempuran kedua antara India dan Pakistan terhadap wilayah
Kashmir.
Perang pertama
telah terjadi pada tahun 1947. Perang ini terjadi selama lima minggu, yang
berakhir dengan ribuah korban jiwa pada dua belah pihak dan gencatan senjata oleh
PBB. Perang ini dimulai dengan kegagalan Pakistan dalam operasi Gibraltar yang
bertujuan untuk menyusupi dan menyerang Jammu dan Kashmir.
3.Perang India-Pakistan
1971
Perang
India-Pakistan 1971 adalah konflik utama antara India dan Pakistan. Perang ini berhubungan
dengan Perang Kemerdekaan Bangladesh (kadang-kadang disebut Perang Saudara
Pakistan). Terdapat argumen tentang tanggal perang. Namun, serangan dilancarkan
antara India dan Pakistan pada sore tanggal 3 Desember 1971. Konflik bersenjata
front barat India selama periode 3 Desember 1971 dan 16 Desember 1971 disebut
Perang India-Pakistan oleh Bangladesh dan India. Perang ini berakhir dengan
kekalahan Pakistan.
4.Perang India-Pakistan
1999 (Perang Kargil)
Perang Kargil,
juga disebut Konflik Kargil, adalah konflik bersenjata antara India dan
Pakistan yang terjadi antara Mei dan Juli 1999 di distrik Kargil, Kashmir.
Penyebab perang ini adalah masuknya pasukan Pakistan dan militan Kashmir ke
wilayah India pada Line of Control, yang merupakan perbatasan de facto antara
kedua negara.
Keinginan Pakistan untuk mengambil alih Kashmir dari
India tidak pernah lenyap. Bagi Pakistan, dengan berpegang pada Two-Nation
theory (Teori Dua Bangsa) yakni satu Muslim dan satu Hindu, masuknya Kashmir
kedalam wilayahnya adalah merupakan keharusan karena mayoritas penduduk Kashmir
adalah beragama Islam. Teori Dua Bangsa adalah merupakan suatu reaksi negative
terhadap peristiwa-peristiwa yang sedang membentuk nasib Asia Selatan dalam
pertengahan abad ke-20.
2.2.1. Upaya-upaya
yang dilakukan untuk menyelesaikan konflik India-Pakistan
Beberapa
perundingan kerap di lakukan menteri luar negeri atau para petinggi Negara
india dan Pakistan. Namun seperti yang sudah di tuliskan di atas. Konflik ini
belum menemutak sebenar benar nya titik temu. Karena masalah yang sudah
menjalar ke berbagai bidang aspek masyarakat.
Yang pertama
kali tahun 2000 an, perundingan yang di lakukan dengan mempertemukan petinggi
Negara india dan Pakistan yang pada saat itu adalah Presiden Pakistan Pervez
Musharraf dengan perdana menteri india Manmohan Singh. Yang pada saat itu di
tengahi oleh mentri luar negeri amerika serikat Collin Powell dalam kunjungan
nya ke asia selatan.
Januari 2004
kedua Negara melalui perwakilannya bertemu melakukan perundingan.Tanggal 3
Januari, Perdana Menteri India Atal Behari Vajpayee menapakkan lagi kakinya di
Pakistan. RESMINYA, ia datang untuk menghadiri pertemuan puncak (Konferensi
Tingkat Tinggi) tahunan Asosiasi Kerja Sama Regional Asia Selatan (SAARC) di
Islamabad. Namun, tujuan pokok sesungguhnya adalah memulai kembali usaha
perdamaian India-Pakistan yang buntu.
Pada tanggal
5 Januari 2004, Vajpayee dan Presiden Pakistan Pervez Musharraf melakukan
pertemuan bilateral.Dimulainya kembali usaha perdamaian di antara kedua negara
utama di Asia Selatan itu. Pertemuan ini membuahkan kejutan yang menyegarkan,
yaitu berupa kesepakatan di antara kedua pemimpin untuk memulai dialog
menyeluruh, yang akan dimulai pada Februari2004. Vajpayee dan Musharraf juga
sama-sama berkeyakinan bahwa proses perundingan itu pada akhirnya juga akan
menyelesaikan konflik Kashmir.
2.3. Pandangan
dan Keikutsertaan Negara Luar Terhadap Konflik India – Pakistan.
A.
Amerika Serikat
Amerika Serikat (AS) mengatakan,
pihaknya memiliki "perhatian besar" tentang situasi di Kashmir,
tetapi mengisyaratkan bahwa pihaknya tidak akan berusaha menengahi konflik
wilayah Himalaya antara Pakistan dan India itu.
Para pejabat yang jarang berbicara
secara terbuka tentang Kashmir yang India anggap satu masalah domestik.
Namun, Pakistan mengajukan masalah itu secara tegas dalam
perundingan-perundingan tingkat pejabat tinggi dengan Amerika Serikat yang
bertujuan untuk meningkatkan kemitraan kedua negara yang sering terganggu itu.
Juru Bicara Departemen Luar Negeri
Philip Crowley mnegatakan: "Kami memiliki perhatian besar tentang situasi
di Kashmir. Kami berbicara dengan sahabat-sahabat Pakistan kami dan
sahabat-sahabat India mengenai masalah ini secara reguler. Kami akan melihat
situasi menyelesaikan masalah Kashmir. Terlalu banyak ketegangan dan aksi
kekerasan di Kashmir, dan karena itu mengapa kami terus mendorong kedua negara
menyelesaikannya melalui dialog. Namun, Kebijakan Amerika Serikat jelas, kami
yakin bahwa ini adalah satu masalah yang pada akhirnya harus diselesaikan antara
India dan Pakistan".
Dalam konflik Kashmir ini, AS malah
mendampingi Rusia membantu India. Di sinilah kepentingan politik AS bermain.
Ketika kelompok Islam yang dijadikan sasaran, maka AS akan dengan gencar
memberikan dukungan.Amerika Serikat sebagai negara adidaya, memiliki
tingkat pressure yang sangat kuat, sehingga mampu menundukkan
mantan Perdana Menteri Pakistan, Nawaz Sharif. Dalam pernyataanya, Nawaz
Sharif menjanjikan akan menarik pasukan Pakistan dari wilayah Kashmir.
Tentu saja pernyataan Sharif tersebut mendapat tanggapan keras, baik dari
para pejuang Kashmir maupun dari masyakat Pakistan.Dus, akhirnya Nawaz Sharif
terguling dalam sebuah kudeta tak berdarah yang dipimpin Jenderal Pervez
Musharraf.
B.
Rusia
India dalam
perjalanan sejarahnya selalu melakukan aliansi politik dengan Soviet (kini
Rusia). Keberpihakan kapada Soviet ini menjadikan India berada di Blok Timur
(Komunisme) dan berseberangan dengan Blok Barat (AS). Namun pasca leburnya
perang dingin dengan ditandai runtuhnya Uni Soviet (sebagai kekuatan
Komunisme/Blok Timur) yang menjadikan AS satu-satunya negara adikuasa,
telah merubah haluan keberpihakan AS. Dalam konflik Kashmir ini, AS malah
mendampingi Rusia membantu India. Di sinilah kepentingan politk AS bermain.
Ketika kelompok Islam yang dijadikan sasaran, maka AS akan dengan gencar
memberikan dukungan.
C.
Indonesia
Indonesia menganut politik luar
negeri bebas aktif, sehingga Indonesia selalu mendukung penyelesaian konflik
dengan jalan damai dan tidak memihak salah satu pihak yang bersengketa. Dalam
konflik Kashmir, Indonesia diminta oleh Pakistan untuk membujuk India untuk
mengakhiri konflik tersebut. Pemerintah Indonesia tetap mendukung segala bentuk
penyelesaian konflik dengan damai.
D.
RRC
RRC dan India memiliki sejarah suram
antar keduanya dan mencapai klimaksnya pada Perang Cina – India. Perang
perbatasan Cina-India berakhir dengan kekalahan tragis militer India. Hal ini
mendorong India untuk mengembangkan militernya baik konvensional maupun
non-konvensional dengan kemampuan untuk menghadapi Cina. Langkah ke arah ini
dapat dilihat misalnya dengan rencana pengadaan 300 TUT T-90, yang jelas
dimaksudkan untuk pertahanan menghadapi Cina. Sekali pun keadaan pseudo-hostile antara India dan
Cina mulai mencair, serta hubungan kedua negara bertambah baik terutama sejak
kunjungan Jiang Zemin November 1996, namun sangat jelas bahwa India masih
menganggap Cina sebagai ancaman. Entah itu dari analisis militer atau pun hanya
sebagai alasan untuk mengembangkan kekuatan militer-nya, yang jelas proyeksi
militer India ditujukan untuk menyaingi kekuatan militer Cina.
Satu hal yang paling jelas adalah
pernyataan para petinggi India pasca percobaan nuklir Pokhran
II tahun 1998, bahwa alasan dari pengembangan militer India adalah untuk
menghadapi ancaman Cina. Tak kurang PM Atal Behari Vajpayee dan Menteri
Pertahanannya, George Fernandes memberikan pernyataan tersebut, yang kemudian
disikapi dengan kemarahan besar dari para pejabat Cina. Sekali pun kemudian
pernyataan tersebut dibantah oleh India. Membaiknya hubungan Cina-India
kemungkinan tidak lepas dari upaya Cina untuk menjamin keamanannya di Barat
Laut, menjelang Invasi ke Taiwan. Bukan rahasia lagi bahwa Cina tengah
mempersiapkan Invasi ke Taiwan dan mungkin juga ke Kepulauan Cina Selatan yang
merupakan bagian dari 'urusan
dalam negeri' Cina. Dan keberadaan India yang bermusuhan sangat
menghalangi hal ini. Cina harus menjamin persahabatan dengan India sebelum
dapat membereskan 'urusan dalam
negerinya'.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Sejak mendapat kemerdekaan dari
Inggris tahun 1947, India–Pakistan telah 4 kali berperang, dimana tahun 1949
terjadi perang terbuka dikarenakan Konflik Kashmir, dan perang lainnya karena
India membantu Pakistan Timur (kini bernama Bangladesh) melepaskan diri dari
Islamabad
India mengklaim seluruh Kashmir adalah teritorinya dan
Pakistan menolak karena mayoritas penduduk Kashmir adalah muslim yang bertempat
di teritori yang dikuasai India. Konflikpun menjadi lebih kompleks yang semula
hanya persoalan wilayah berkembang menjadi konflik antar agama dan konflik
aliran. Konflik terjadi karena kepentingan politik kedua negara dan kekuasaan
klaim secara sepihak dari India maupun Pakistan.
Penyelesaian masalah Kashmir menemui jalan buntu
setelah berakhirnya perang India-Pakistan tahun 1947-1948. Sementara itu,
setelah mengalami perang perbatasan dengan Cina pada tahun 1962, India
meningkatkan kemampuan militernya. Gejala-gejala yang tidak menguntungkan bagi
Pakistan ini mendorong Pakistan untuk segera menyelesaikan masalah Kashmir
sebelum kehilangan kesempatan untuk melakukannya. Akibat pemikiran ini pecahlah
perang antara India dan Pakistan yang berlangsung selama 22 hari. Dalam perang
inipun ternyata tidak berhasil merampas Kashmir dari India.
Keinginan Pakistan untuk mengambil alih Kashmir dari
India tidak pernah lenyap.Pakistan berpegang pada Two-Nation theory (Teori Dua
Bangsa) yakni satu Muslim dan satu Hindu, masuknya Kashmir kedalam wilayahnya
merupakan keharusan karena mayoritas penduduk Kashmir beragama Islam.
Perang signifikan Kashmir bukan hanya pada masalah
keamanan nasional semata, melainkan lebih dari itu, karena bagi India Kashmir
mempunyai makna untuk mempertahankan kesatuan nasional, eksistensi paham
sekularisme, warisan sejarah budaya di masa lalu, dan dominasi India di Asia
Selatan.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_India-Pakistan_1947
(Diakses tanggal 30 April 2013)
Mashad,Dhurorudin.2004.Kashmir;Derita yang Tak Kunjung
Usai.Jakarta:Khalifa.
Erwin,Tuti Nuriah.Asia Selatan Dalam Sejarah
1 komentar:
DAFTAR PUSTAKA
Suyono,R.P, 2003,Peparangan Kerajaan di Nusantara,Jakarta,Grasindo.
Restu,Gunawan Dkk,1999,Sejarah Kerajaan Tradisional Surakarta,Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto,2008, Sejarah Nasional Indonesia III, cet.2.Edisi Pemutakhiran,Jakarta,Balai Pustaka,
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Mataram diakses pada tanggal 28 April 2013 pada pukul 20.30 wib.
http://www.sejarahnusantara.com/kerajaan-islam/sejarah-kesultanan-mataram-1588%E2%80%931681-nagari-mataram-10011.htm diakses pada tanggal 31 Mei 2013 pada pukul 22.23 wib.
http://id.wikipedia.org/wiki/Perjanjian_Giyanti diakses pada tanggal 31 Mei 2013 pada pukul 22.01 wib.
http://ngeblogbersama.wordpress.com/2012/03/13/sebab-sebab-runtuhnya-voc/ diakses pada tanggal 31 Mei 2013 pada pukul 20.30 wib.
Posting Komentar