Kamis, 20 Maret 2014

Makalah Perpecahan antara India dan Pakistan



           BAB I
PENDAHULUAN

I.I.               Latar Belakang

                        Di Wilayah kawasan Asia selatan terdapat organisasi regional yang dinamakan SAARC (South Asian Association for Regional Cooperation) yang di dalam nya terdapat delapan Negara anggota yaitu Afganistan, Bangladesh, Bhutan, India, Maldives, Nepal, Pakistan dan Sri Lanka. tidak dapat di pungkiri perhatian kita akan tertuju kepada hubungan antara Negara india dan Negara Pakistan yang tidak pernah mengenal kata damai, konflik – konflik laten yang selalu mewarnai hubungan kedua Negara seringkali menimbulkan kecemasan di antara hubungan kerjasama regional dengan Negara Negara lain nya.
            Pada tahun 1947 Inggris menarik diri dari Asia Selatan dan anak benua itu pecah menjadi 2 negara, India yang mayoritas penduduknya Hindu dan Pakistan yang mayoritas Islam. Perbedaan komunal dalam perkembangannya tidak dapat diatasi oleh para pemimpin Hindu dan Muslim dari proses menuju intregasi Negara bangsa.Sejak pemisahan tersebut, konflik antara kedua komunitas ini menjelma menjadi konflik antar negara. Sehingga bentrokan senjata tidak dapat dihindari di perbatasan kedua negara. Sedangkan persoalan wilayah muncul dari proses pembagian wilayah yang tidak tuntas oleh kolonial Inggris dan mengandung persoalan yang rumit sejak terjadi pemisahan Pakistan dari India pada tahun 1947.
                        Adapun proses perang India dan Pakistan yaitu perang yang terjadi sejak bulan Agustus 1947.Peristiwa ini memiliki empat kejadian perang,tiga diantaranya merupakan perang utama dan yang satunya hanya merupakan perang kecil yang terjadi diantara keduanya.Tiap kasus perang yang terjadi penyebab utamanya yaitu wilayah Kashmir kecuali perang yang terjadi tahun 1971 yang disebabkan oleh masalah Pakistan timur.
Sejak tahun 1947 keduan negara ini memang sudah sering terjadi konflik perpecahan bahkan dikatakan sampai sekarang belum tuntas.


I.2     Rumusan Masalah
1.      Faktor-Faktor apa saja yang menjadi Penyebab Perpecahan yang terjadi antara India dan Pakistan ?
2.      Konflik atau perang apa saja yang terjadi antara India dan Pakistan ?
3.      Bagaimana pandangan dan peran luar negeri terhadap konflik India Pakistan ?

    1.3     Tujuan Maslah
1.      Untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang menjadi Penyebab perpecahan antara India dan Pakistan.
2.      Mengetahui konflik atau perang apa saja yang terjadi antara Pakistan dan India.
3.      Mengetahui bagaimana pandangan negara-negara luar terhadap konflik India – Pakistan.











BAB II
PEMBAHASAN

2.1.    Faktor yang menjadi penyebab awal dari konflik antara India dan Pakistan.
India dan Pakistan adalah dua Negara di asia selatan yang selalu di rundung konflik laten di antara kedu nya. konflik yang sampai sekarang belum menemukan titik temu di antara kedua nya di sebabkan oleh beberapa faktor pemicu. Diantara nya adalah oleh faktor sejarah, Anak benua India lahir dari tangan Inggris dalam satu kesatuan pada tahun 1947.
Sejak mendapat kemerdekaan dari Inggris tahun 1947, India–Pakistan telah 4 kali berperang, dimana tahun 1949 terjadi perang terbuka dikarenakan Konflik Kashmir, dan perang lainnya karena India membantu Pakistan Timur (kini bernama Bangladesh) melepaskan diri dari Islamabad. Kashmir sendiri wilayahnya tidak hanya dijadikan rebutan antara India dan Pakistan, tapi juga Cina.
Penyebab awalnya yaitu ketika India tetap mengklaim seluruh Kashmir adalah teritorinya dan Pakistan menolaknya.Kashmir sendiri merupakan simbol bagi identitas nasional India sekaligus Pakistan, menjadi kendala dalam urusan politik dalam negeri, serta kompromi bagi kedua negara sulit terwujud. Sengketa soal kashmir menjadi konflik panjang dan berlarut-berlarut antara India dan Pakistan hingga sekarang. Ia tidak saja mengganggu rekonsiliasi bagi kedua pemerinta, tetapi juga merupakan kendala tang sangat mengganggu hubungan dua komunitas, umat Islam dan Hindu, di kedua negara. Bahkan menimbulkan luka yang dalam dari pecahnya pertempuran antara India dengan Pakistan sebanyak tiga kali, yakni pada 1947-1948, 1956 dan 1971. Kendala tersebut terutama dirasakan di India, hal mana umat Islam merupakan minoritas terbesar (sekitar 140 juta orang) ditengah mayoritas komunitas Hindunyang berjumlah lebih dari 1 miliar jiwa. Kendatipun sudah terdapat organisasi SAARC (South Asian Assosiation for Regional Coorporation / Perhimpunan Bangsa Asia Selatan bagi kerjasama Regional), semacam ASEAN di kawasan Asia  Tenggara, yang lahir pada Desember 1985, tetap saja ketegangan hubungan antara India dengan Pakistan masih terasa.
Sengketa soal Kashmir yang telah berubah menjadi konflik berdarah, sesungguhnya bermula dari keputusan pemerintah kolonial Inggris untuk membagi anak Benua India menjadi dua negara merdeka, India dan Pakistan, yang terlaksana pada Agustus 1947. Keputusan itu beralasan karena tidak ada alternatif lain, sebagai akibat perbedaan garis perjuangan ideologis yang tajam antara Partai Indian National Congress/Partai Kongres (Mewakili Komunitas Hindu) dan Partai Muslim League/Liga Muslim (sebagai  wakil komunitas Muslim).
Bagi negara kepangeranan (the prince of Indian States), mereka diberi tawaran untuk memilih bergabung dengan India atau Pakistan. Di sinilah mulai timbulnya akar permasalahan konflik Kashmir. Penguasa Kashmir adalah Maharaja Hindu, sementara mayoritas rakyatnya beragama Islam. Karena dia khawatir rakyatnya akan memilih bergabung dengan Pakistan, padahal dia ingintetap berkuasa di Kashmir, maka dia memilih bergabung dengan India.
Penyebab Wilayah Kashmir diperebutkan oleh India dan Pakistan :
·         faktor goegrafis. Kashmir terletak di dalam rangkaian Pegunungan Himalaya, sehingga wilayahnya bergunung-gunung dengan ketinggian antara 600 sampai 7.600 m di atas permukaan air laut. Puncak gunung Himalaya tertinggi kedua, setelah Puncak Everest, yakni Puncak Godwin Austin (tinggi 8.611 m), berada di Kashmir. Luas seluruh wilayah Kashmir sekitar 223.000 km dan berada di sebelah utara dataran Punjab. Secara geografis, wilayah Kashmir memiliki arti yang sangat strategis karena rangkaian pegunungan Kashmir membentuk pintu gerbang alami antara China, India dan Pakistan. Bagi Pakistan, wilayah Kashmir sangat vital karena beberapa sungai utama sebagai pemasuk air untuk pengairan lahan pertanian mengalir lewat Kashmir. Tiga anak Sungai Indus, yakni Jhelum, Chenab dan Ravi bermata air di Kashmir. Dengan kata lain, wilayah Kashmir bagi Pakistan adalah soal hidup dan mati. Sebab bila seluruh Kashmir di kuasai India, Pakistan khawatir suplai air di empat sungai tersebut akan dibendung dan dialirkan ke India.
·         Faktor geopolitik. Bagi India adalah dengan dikuasainya Kashmir akan memungkinkan India memiliki akses terhadap wilayah strategis di bagian barat daya, di samping Kashmir menyediakan suatu rangkaian hubungan tradisional antara Asia Tengah dan Subkontinen. Hubungan India dan ketiga Negara tetangganya yang terpenting - Rusia, China, Afghanistan sangat tergantung pada luasnya wilayah Kashmir yang dapat dikuasai.

2.1.1.         Latar Belakang Historis Kashmir

      Selama berabad-abad, Kashmir berada di bawah kekuasaan/pemerintahan orang-orang Hindu. Ananda K. Coomaraswamy (1926:141), menceritakan bahwa Kashmir pernah menjadi Dominion Raja Asoka (berkuasa 250 SM) dari Dinasti Maurya, Raja Kanishka dan Huviskha (berkuasa pada abad II M) dari Dinasti Kushana. Kemudian pada masa Dinasti Gupta (sekitar abad IV), Kashmir menjadi daerah vasal yang harus membayar upeti tahunan. Sejak masa Harsya (abad VII), wilayah Kashmir menjadi negara merdeka yang memiliki kekuasaan hingga Lembah Sind, Punjab dan Taxila. Selanjutnya, abad VIII dan XIX dikenal sebagai periode klasik budaya Kashmiri.
      Ketika India Utara mulai ditaklukkan oleh pasukan tentara Muslim, Kashmir relatif terlindung dikarenakan letaknya yang bergunung-gunung. Sultan Mahmud dari Gahzna dua kali mencoba menyerbu Kashmir dari arah Selatan, pada 1015 dan 1021, namun dapat di gagalkan oleh Raja Hindu Kashmir di Benteng Lohkot. Tetapai sejak itu, penguasa Hindu Kashmir mulai menggunakan tentara sewaan Turki Muslim, yang disebut Turushka. Pengaruh mereka makin lama makin kuat dan nanti ganti mengambil alih kekuasaan Hindu. Barangkali sejak itu pula dimulai proses Islamisasi rakyat Kashmir, sehingga nantinya wilayah ini berpenduduk mayoritas Muslim.
      Dalam tahun 1335 mulailah Kashmir dikuasai oleh Dinasti Muslim. Kala itu seorang petualangMuslim bernama Syah Mirza Swati, yang telah menjadi menteri pada Raja Sinha Deva, berhasil mengambil alih kekuasaan. Dinasti yang didirikan oleh Syah Mirza Swati berlangsung lebih dari dua abad (1335-1561). Raja Syah Mirza Swati yang bergelar Syamssuddin memerintah dengan cakap dan sangat toleran  terhadap orang-orang Hindu, tetapi cucunya yang bernama Sikandar, mengambil kebijakan berbeda. Sebagai Muslim taat yang melindungi para ulama dan cendekiawan, dai mengejar-ngejar kaum Hindu dan menghancurkan kuil-kuil mereka. Karena reputasinya ini, Sikandar diberi gelar Butshikon (penghancur berhala).
      Zaman keemasan Kashmir Muslim dicapai pada masa pemerintahan Zainal Abidin (memerintah pada 1420-1470), putra Sikandar yang mengambil kebijakan bersikap arif dan toleran terhadap orang-orang Hindu. Dibawah perlindungannya, dilakukan penerjemahan kitab Mahabrata karya Wyasa dan Babad Kashmir, Rajatarangini karya Kalhana, semuanya ke dalam bahasa Persia. Sayangnya sepeninggal Zainal Abidin, keturunannya saling bertikai satu sama lain. Kemudian tahta Kashmir dipegang oleh suku Chak sejak 1561. Ketika itu Ghazi Khan ibn Chak (1561-1563) menjadi raja dengan gelar Padisyah, meniru kekaisaran Mughal. Pada akhirnya kekuasaan suku Chak atas Khasmir beralih ke tangan Sultan Akbar dari Mughal, yang pada 1581 menyerbu Kashmir dan menjadikannya sebagai bagian dari Kekaisaran Mughal.
      Secara politik, Kashmir dapat dipersatukan kembali baru pada abad XIX oleh keluarga Dogra dari suku bangsa Rajput Hindu. Adalah Gulab Singh, seorang pengelana dari keluarga Dogra, berhasil mendirikan kerajaan yang berpusat  di Srinagar setelah menaklukkan Kashmir. Pada 1846, pemerintah Inggris mengukuhkan Gulab Singh sebagai penguasa wilayah Jammu dan Kashmir, menyusul ditaklukkannnya kerajaan Sikh oleh Inggris. Semenjak itu Kashmir berada di tangan Maharaja Hindu, menguasai rakyatnya yang mayoritas beragama Islam. Keturunan Gulab Singh inilah, seabad kemudian (1947), memilih bergabung dengan negara India.

2.1.2.         Akar Konflik Kashmir

             Akar konflik di Kashmir berawal sejak pergerakan kebangsaan India merebak, bersamaan lahirnya Partai Kongres pada 1885 dan Muslim League (Liga Muslim) pada 1906. Kedua organisasi seolah mewakili aspirasi dan kepentingan dua komunitas yang berbeda. Kongres mewakili komunitas Hindu, sedangkan Liga Muslim mewakili komunitas Muslim. Secara lebih sempit lagi, perbedaan itu diwakili oleh dua figur top kedua organisasi. Pada Kongres adalah Mahatma Gandhi (1869-1948) dan Liga Muslim, Muhammad Ali Jinnah (1876-1948).
        Pada awalnya Kongres dan Liga Muslim mampu bekerjasama,bahu-membahu dalam perjuangan pergerakan kebangsaan India. Ini nampak dari munculnya kesepakatan Lucknow Pact 1916, berisi persetujuan Kongres atas pemilihan terpisah bagi Komunitas Muslim dan kesepakatan bersama dalam pembuatan UUD atas dasar status dominion, sebagai penghargaan Inggris atas partisipasi India dalam Perang Dunia I. Berikutnya, Kongres mendukung gerakan khilafat pada 1919 dari kalangan Muslim untuk menyelamatkan kekhalifahan Pan-Islam Turki Usmani dan untuk mengusir Inggris dari India.
        Perpecahan antara Kongres dan Liga Muslim mulai menggejala secara nyata sejak pemerintahan Inggris memberikan self-goverment (pemerintahan sendiri) pada tahun 1935. Dalam pemilihan umum 1937, Kongres menang mutlak dan ini diikuti dengan wewenang Kongres untuk memerintah India. Kekecewaan Liga Muslim bukan hanya soal kalah dari Kongres, malahan di provinsi yang mayoritas Muslim, melainkan lebih karena Kongres menolak tawaran Liga Muslim untuk mendirikan negara terpisah bagi Komunitas Muslim, yang disebut Pakistan (tanah orang suci), seperti tersirat dan tersurat dalam “Resolusi Lahore” tahun 1940.
        Pemerintahan Inggris tidak melihat alternatif lain kecuali pembagian anak Benua India, ketika menyaksikan konflik kerusuhan komunal yang berdarah antara umat Hindu dan Muslim setelah usainya PD II. Keputusan pembagian anak Benua India dikeluarkan oleh parlemen Inggris pada 1 Juli 1947, di mana anak Benua India dibagi menjadi dua dominion merdeka, India dan Pakistan. Dominion India di bawah Gubernul Jenderal Lord Mountbatten dan PM Jawaharlal Nehru, sementara Pakistan di bawah Gubernur Jenderal Muhammad Ali Jinnah dan PM Liquat Ali Khan.
        Konsekuensi dari pembagian anak Benua India menjadi dominion India dan Pakistan sungguh mengenaskan. Sebab Provinsi Punjab dan Benggala harus dibelah dua dan hal ini disusul dengan perpindahan pengungsi secara besar-besaran. Menurut taksiran 1948, jumlah pengungsi Muslim India yang pindah ke Pakistan sekitar 6.500.000 orang kira-kira 5.000.000 pengungsi Muslim lainnya mati atau hilang dalam perpindahan itu. Sebaliknya pengungsi Hindu dan Sikh yang pindah ke India berjumlah sekitar 5.500.000 orang, termasuk yang mati dalam perpindahan tersebut.
        Bagi para penguasa pribumi, yakni para Raja lokal yang jumlahnya sekitar 500 kerajaan, diberi pilihan dan tawaran untuk memilih bergabung dengan India atau Pakistan. Pilihan dan tawaran ini berarti soal pertahanan, urusan luar negeri dan komunikasi dari raja-raja lokal itu berada di tangan dominion India atau Pakistan di mana dia bergabung, atau bisa pulang bermakna integrasin secara penuh. Pada umumnya hal ini berlangsung dengan damai kecuali beberapa kerajaan kecil (swapraja) seperti Junagadh, Hyderabad dan Kashmir.
        Persoalan Junagadh, Swapraja ini berpenduduk sekitar 800.000 jiwa dengan perincian 80% penduduk beragama Hindu dan selebihnya 20% beragama Islam, tetapi penguasaannya, Nawab, seorang Muslim. Ketika pada Juli 1947 Nawab memilih bergabung dengan Pakistan, India memprotes keras dan langsung campur tangan. Setelah diadakan plebesit dengan hasil mayoritas penduduknya memilih masuk India, maka Swapraja Junagadh masuk menjadi bagian India kendatipun Pakistan memprotesnya. Sedangkan Hyderabad merupakan swapraja terbesar di India, berpenduduk kira-kira 16 juta jiwa dan proporsi Muslim sekitar 2 jutaa jiwa. Penguasanya Nizam Muslim yang berupaya mempertahankan kemerdekaannya, hal mana juga diperbolehkan menurut deklarasi Viceroy Lord Mountabatten tertanggal 3 Juni 1947. Tetapi India mengirimkan pasukan ke Hyderabad dan memaksa penguasanya bergabung dengan India. Sekalipun Pakistan melakukan protes kepada PBB, pengabungan berjalan terus .
        Jika melihat kedua kasus itu dan mempertimbangkan proporsi penduduknya yang mayoritas, Muslim maka Kashmir secara geografis, ekonomis dan terlebih lagi ikatan agama/kultural lebih dekat kepada Pakistan sereta sudah selayaknya bergabung dengan Pakistan. Namun yang menjadi persoalan, penguasa Kashmir, Maharaja Hari Singh yang beragama Hindu, menginginkan kelangsungan takhtanya. Hal ini mungkin bila dia bergabung dengan India ketimbang Pakistan.
Yang kedua di sebabkan oleh faktor agama di antara mereka.Di bawah Ali Jinnah,  mengambil jalan sendiri memisahkan diri dari India karena merasa bahwa aspirasi politik umat Islam saat itu tak bisa disalurkan. Oleh karena itu karena dukungan masyarakat penganut Islam maka lahir Pakistan bebas dari India.
Yang ketiga adalah faktor politik, Setelah Pakistan memisahkan diri dari India menjadi Pakistan timur dan barat, pada perjalanan sejarahnya Pakistan timur tidak tertampung aspirasi politiknya. Dengan dukungan India, Pakistan timur berpisah dari Pakistan barat yang kemudian melahirkan negara baru, Banglades. Kepentingan Pakistan timur akan penampungan aspirasi politiknya menjadi pendorong terjadinya kelahiran baru Bangladesh meskipun tidak ada persoalan agama karena keduanya mayoritas penduduknya Muslim.
Yang keempat adalah faktor keamanan, Karena merasa adanya ancaman terutama dari negara besar seperti India di Asia Selatan, Pakistan ataupun Sri Lanka merasakan betapa perlunya mempersenjatai diri. Pakistan terutama sering merasa ancaman ideologi yang dilatarbelakangi agama Hindu terus membayang-bayangi. Oleh karena itu interaksi yang terjadi di kawasan pun lebih dilandasi oleh kecurigaan dan kehati-hatian terutama melihat tindak-tanduk India yang tak bisa dipercaya begitu saja.Pacuan senjata di Asia Selatan dipicu oleh kecurigaan terutama dari Pakistan ke India dan sebaliknya. Tidak mengherankan apabila Pakistan berusaha mencari senjata pamungkas yakni nuklir sebagai kekuatan penggetar yang kemudian justru mempercepat kelahiran program senjata nuklir India. Meskipun kedua negara belum secara terus terang menggelar senjata nuklirnya namun sudah menjadi pendapat umum bahwa baik Pakistan maupun India memiliki kemampuan membuat bom atom.
Yang kelima adanya faktor persaingan, pengaruh dua negara besar di kawasan ini berusaha saling memantapkan pengaruhnya di Asia Selatan maupun ikut mempengaruhi negara besar di luar kawasan untuk masuk ke wilayah itu.

2.2.    Konflik atau Perpecahan yang terjadi antara India dan Pakistan
Empat Perang Sengit Antara India - Pakistan yang Pernah Terjadi.  Ketiganya disebabkan masalah utama yaitu perebutan wilayah kashmir dan yang satunya disebabkan oleh masalah wilayah pakistan timur.
Wilayah Khasmir terbagi oleh tiga negara: Pakistan mengontrol barat laut, India mengontrol tengah dan bagian selatan Jammu dan Kashmir, dan Republik Rakyat Cina menguasai timur laut (Aksai Chin).Pakistan memandang seluruh wilayah Kashmir sebagai wilayah yang di pertentangkan, dan tidak menganggap klaim India atas wilayah ini. Sebuah pilihan yang disukai banyak orang Kashmir adalah kemerdekaan, namun baik Pakistan dan India menentang hal ini.


1.Perang India-Pakistan 1947(21 Oktober1947 - 31 Desember1948)
Perang India-Pakistan 1947, kadang-kadang disebut sebagai Perang Kashmir Pertama, adalah perang yang terjadi antara India dan Pakistan terhadap wilayah Kashmir dari tahun 1947 sampai 1948. Perang ini merupakan perang pertama dari empat perang yang terjadi antara India dan Pakistan. Akibat perang ini masih memengaruhi geopolitik kedua negara.
2.Perang India-Pakistan 1965
Perang India-Pakistan 1965, juga disebut Perang Kashmir Kedua, adalah perang yang terjadi antara India dan Pakistan pada Agustus 1965 sampai September 1965. Perang ini adalah pertempuran kedua antara India dan Pakistan terhadap wilayah Kashmir.
Perang pertama telah terjadi pada tahun 1947. Perang ini terjadi selama lima minggu, yang berakhir dengan ribuah korban jiwa pada dua belah pihak dan gencatan senjata oleh PBB. Perang ini dimulai dengan kegagalan Pakistan dalam operasi Gibraltar yang bertujuan untuk menyusupi dan menyerang Jammu dan Kashmir.
3.Perang India-Pakistan 1971
Perang India-Pakistan 1971 adalah konflik utama antara India dan Pakistan. Perang ini berhubungan dengan Perang Kemerdekaan Bangladesh (kadang-kadang disebut Perang Saudara Pakistan). Terdapat argumen tentang tanggal perang. Namun, serangan dilancarkan antara India dan Pakistan pada sore tanggal 3 Desember 1971. Konflik bersenjata front barat India selama periode 3 Desember 1971 dan 16 Desember 1971 disebut Perang India-Pakistan oleh Bangladesh dan India. Perang ini berakhir dengan kekalahan Pakistan.
4.Perang India-Pakistan 1999 (Perang Kargil)
Perang Kargil, juga disebut Konflik Kargil, adalah konflik bersenjata antara India dan Pakistan yang terjadi antara Mei dan Juli 1999 di distrik Kargil, Kashmir. Penyebab perang ini adalah masuknya pasukan Pakistan dan militan Kashmir ke wilayah India pada Line of Control, yang merupakan perbatasan de facto antara kedua negara.
Keinginan Pakistan untuk mengambil alih Kashmir dari India tidak pernah lenyap. Bagi Pakistan, dengan berpegang pada Two-Nation theory (Teori Dua Bangsa) yakni satu Muslim dan satu Hindu, masuknya Kashmir kedalam wilayahnya adalah merupakan keharusan karena mayoritas penduduk Kashmir adalah beragama Islam. Teori Dua Bangsa adalah merupakan suatu reaksi negative terhadap peristiwa-peristiwa yang sedang membentuk nasib Asia Selatan dalam pertengahan abad ke-20.
2.2.1.   Upaya-upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan konflik India-Pakistan
Beberapa perundingan kerap di lakukan menteri luar negeri atau para petinggi Negara india dan Pakistan. Namun seperti yang sudah di tuliskan di atas. Konflik ini belum menemutak sebenar benar nya titik temu. Karena masalah yang sudah menjalar ke berbagai bidang aspek masyarakat.
Yang pertama kali tahun 2000 an, perundingan yang di lakukan dengan mempertemukan petinggi Negara india dan Pakistan yang pada saat itu adalah Presiden Pakistan Pervez Musharraf dengan perdana menteri india Manmohan Singh. Yang pada saat itu di tengahi oleh mentri luar negeri amerika serikat Collin Powell dalam kunjungan nya ke asia selatan.
Januari 2004 kedua Negara melalui perwakilannya bertemu melakukan perundingan.Tanggal 3 Januari, Perdana Menteri India Atal Behari Vajpayee menapakkan lagi kakinya di Pakistan. RESMINYA, ia datang untuk menghadiri pertemuan puncak (Konferensi Tingkat Tinggi) tahunan Asosiasi Kerja Sama Regional Asia Selatan (SAARC) di Islamabad. Namun, tujuan pokok sesungguhnya adalah memulai kembali usaha perdamaian India-Pakistan yang buntu.
Pada tanggal 5 Januari 2004, Vajpayee dan Presiden Pakistan Pervez Musharraf melakukan pertemuan bilateral.Dimulainya kembali usaha perdamaian di antara kedua negara utama di Asia Selatan itu. Pertemuan ini membuahkan kejutan yang menyegarkan, yaitu berupa kesepakatan di antara kedua pemimpin untuk memulai dialog menyeluruh, yang akan dimulai pada Februari2004. Vajpayee dan Musharraf juga sama-sama berkeyakinan bahwa proses perundingan itu pada akhirnya juga akan menyelesaikan konflik Kashmir.         


2.3.      Pandangan dan Keikutsertaan Negara Luar Terhadap Konflik India – Pakistan.
A.    Amerika Serikat
Amerika Serikat (AS) mengatakan, pihaknya memiliki "perhatian besar" tentang situasi di Kashmir, tetapi mengisyaratkan bahwa pihaknya tidak akan berusaha menengahi konflik wilayah Himalaya antara Pakistan dan India itu.
Para pejabat yang jarang berbicara secara terbuka tentang Kashmir yang India anggap satu masalah domestik. Namun, Pakistan mengajukan masalah itu secara tegas dalam perundingan-perundingan tingkat pejabat tinggi dengan Amerika Serikat yang bertujuan untuk meningkatkan kemitraan kedua negara yang sering terganggu itu.
Juru Bicara Departemen Luar Negeri Philip Crowley mnegatakan: "Kami memiliki perhatian besar tentang situasi di Kashmir. Kami berbicara dengan sahabat-sahabat Pakistan kami dan sahabat-sahabat India mengenai masalah ini secara reguler. Kami akan melihat situasi menyelesaikan masalah Kashmir. Terlalu banyak ketegangan dan aksi kekerasan di Kashmir, dan karena itu mengapa kami terus mendorong kedua negara menyelesaikannya melalui dialog. Namun, Kebijakan Amerika Serikat jelas, kami yakin bahwa ini adalah satu masalah yang pada akhirnya harus diselesaikan antara India dan Pakistan".
Dalam konflik Kashmir ini, AS malah mendampingi Rusia membantu India. Di sinilah kepentingan politik AS bermain. Ketika kelompok Islam yang dijadikan sasaran, maka AS akan dengan gencar memberikan dukungan.Amerika Serikat sebagai negara adidaya, memiliki tingkat  pressure yang sangat kuat, sehingga mampu menundukkan mantan Perdana Menteri Pakistan, Nawaz Sharif. Dalam pernyataanya, Nawaz Sharif menjanjikan akan menarik pasukan Pakistan dari wilayah Kashmir. Tentu saja pernyataan Sharif tersebut mendapat tanggapan keras, baik dari para pejuang Kashmir maupun dari masyakat Pakistan.Dus, akhirnya Nawaz Sharif terguling dalam sebuah kudeta tak berdarah yang dipimpin Jenderal Pervez Musharraf.



B.     Rusia
India dalam perjalanan sejarahnya selalu melakukan aliansi politik dengan Soviet (kini Rusia). Keberpihakan kapada Soviet ini menjadikan India berada di Blok Timur (Komunisme) dan berseberangan dengan Blok Barat (AS). Namun pasca leburnya perang dingin dengan ditandai runtuhnya Uni Soviet (sebagai kekuatan Komunisme/Blok Timur) yang menjadikan AS  satu-satunya negara adikuasa, telah merubah haluan keberpihakan AS.  Dalam konflik Kashmir ini, AS malah mendampingi Rusia membantu India. Di sinilah kepentingan politk AS bermain. Ketika kelompok Islam yang dijadikan sasaran, maka AS akan dengan gencar memberikan dukungan.

C.     Indonesia
Indonesia menganut politik luar negeri bebas aktif, sehingga Indonesia selalu mendukung penyelesaian konflik dengan jalan damai dan tidak memihak salah satu pihak yang bersengketa. Dalam konflik Kashmir, Indonesia diminta oleh Pakistan untuk membujuk India untuk mengakhiri konflik tersebut. Pemerintah Indonesia tetap mendukung segala bentuk penyelesaian konflik dengan damai.

D.    RRC
RRC dan India memiliki sejarah suram antar keduanya dan mencapai klimaksnya pada Perang Cina – India. Perang perbatasan Cina-India berakhir dengan kekalahan tragis militer India. Hal ini mendorong India untuk mengembangkan militernya baik konvensional maupun non-konvensional dengan kemampuan untuk menghadapi Cina. Langkah ke arah ini dapat dilihat misalnya dengan rencana pengadaan 300 TUT T-90, yang jelas dimaksudkan untuk pertahanan menghadapi Cina. Sekali pun keadaan pseudo-hostile antara India dan Cina mulai mencair, serta hubungan kedua negara bertambah baik terutama sejak kunjungan Jiang Zemin November 1996, namun sangat jelas bahwa India masih menganggap Cina sebagai ancaman. Entah itu dari analisis militer atau pun hanya sebagai alasan untuk mengembangkan kekuatan militer-nya, yang jelas proyeksi militer India ditujukan untuk menyaingi kekuatan militer Cina.
Satu hal yang paling jelas adalah pernyataan para petinggi India pasca percobaan nuklir Pokhran II tahun 1998, bahwa alasan dari pengembangan militer India adalah untuk menghadapi ancaman Cina. Tak kurang PM Atal Behari Vajpayee dan Menteri Pertahanannya, George Fernandes memberikan pernyataan tersebut, yang kemudian disikapi dengan kemarahan besar dari para pejabat Cina. Sekali pun kemudian pernyataan tersebut dibantah oleh India. Membaiknya hubungan Cina-India kemungkinan tidak lepas dari upaya Cina untuk menjamin keamanannya di Barat Laut, menjelang Invasi ke Taiwan. Bukan rahasia lagi bahwa Cina tengah mempersiapkan Invasi ke Taiwan dan mungkin juga ke Kepulauan Cina Selatan yang merupakan bagian dari 'urusan dalam negeri' Cina. Dan keberadaan India yang bermusuhan sangat menghalangi hal ini. Cina harus menjamin persahabatan dengan India sebelum dapat membereskan 'urusan dalam negerinya'.










BAB III
PENUTUP


3.1            Kesimpulan

            Sejak mendapat kemerdekaan dari Inggris tahun 1947, India–Pakistan telah 4 kali berperang, dimana tahun 1949 terjadi perang terbuka dikarenakan Konflik Kashmir, dan perang lainnya karena India membantu Pakistan Timur (kini bernama Bangladesh) melepaskan diri dari Islamabad
India mengklaim seluruh Kashmir adalah teritorinya dan Pakistan menolak karena mayoritas penduduk Kashmir adalah muslim yang bertempat di teritori yang dikuasai India. Konflikpun menjadi lebih kompleks yang semula hanya persoalan wilayah berkembang menjadi konflik antar agama dan konflik aliran. Konflik terjadi karena kepentingan politik kedua negara dan kekuasaan klaim secara sepihak dari India maupun Pakistan.
Penyelesaian masalah Kashmir menemui jalan buntu setelah berakhirnya perang India-Pakistan tahun 1947-1948. Sementara itu, setelah mengalami perang perbatasan dengan Cina pada tahun 1962, India meningkatkan kemampuan militernya. Gejala-gejala yang tidak menguntungkan bagi Pakistan ini mendorong Pakistan untuk segera menyelesaikan masalah Kashmir sebelum kehilangan kesempatan untuk melakukannya. Akibat pemikiran ini pecahlah perang antara India dan Pakistan yang berlangsung selama 22 hari. Dalam perang inipun ternyata tidak berhasil merampas Kashmir dari India.
Keinginan Pakistan untuk mengambil alih Kashmir dari India tidak pernah lenyap.Pakistan berpegang pada Two-Nation theory (Teori Dua Bangsa) yakni satu Muslim dan satu Hindu, masuknya Kashmir kedalam wilayahnya merupakan keharusan karena mayoritas penduduk Kashmir beragama Islam.
Perang signifikan Kashmir bukan hanya pada masalah keamanan nasional semata, melainkan lebih dari itu, karena bagi India Kashmir mempunyai makna untuk mempertahankan kesatuan nasional, eksistensi paham sekularisme, warisan sejarah budaya di masa lalu, dan dominasi India di Asia Selatan.
DAFTAR PUSTAKA

         


Mashad,Dhurorudin.2004.Kashmir;Derita yang Tak Kunjung Usai.Jakarta:Khalifa.

Erwin,Tuti Nuriah.Asia Selatan Dalam Sejarah





           

1 komentar:

Arifyn BMC Group mengatakan...

DAFTAR PUSTAKA
Suyono,R.P, 2003,Peparangan Kerajaan di Nusantara,Jakarta,Grasindo.
Restu,Gunawan Dkk,1999,Sejarah Kerajaan Tradisional Surakarta,Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto,2008, Sejarah Nasional Indonesia III, cet.2.Edisi Pemutakhiran,Jakarta,Balai Pustaka,
http://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Mataram diakses pada tanggal 28 April 2013 pada pukul 20.30 wib.
http://www.sejarahnusantara.com/kerajaan-islam/sejarah-kesultanan-mataram-1588%E2%80%931681-nagari-mataram-10011.htm diakses pada tanggal 31 Mei 2013 pada pukul 22.23 wib.
http://id.wikipedia.org/wiki/Perjanjian_Giyanti diakses pada tanggal 31 Mei 2013 pada pukul 22.01 wib.
http://ngeblogbersama.wordpress.com/2012/03/13/sebab-sebab-runtuhnya-voc/ diakses pada tanggal 31 Mei 2013 pada pukul 20.30 wib.

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates