PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Mengungkapkan
fase pertama proses kedatangan Islam di Indonesia umumnya dan Sumatera
khususnya, dengan kehadiran para pedagang muslim yang singgah di berbagai
pelabuhan di Sumatera.
1.2
Rumusan masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka dirumuskan beberapa masalah tentang latar belakang
masuknya Islam di ranah Sumatera. Yaitu :
1.
Keadaan Masyarakat
Sumatera Sebelum Masuknya Islam
2.
Masuk dan Berkembangnya
Islam di Sumatera Utara
3. Pertumbuhan dan Perkembangan
Kerajaan-Kerajaan Islam di Sumatra
4. Masuk dan Berkembangnya Islam di Sumatera
Selatan
5. Kesultanan Palembang
1.3
Tujuan
Tujuan penulisan ini
sebagai berikut :
1. Mengasah kemampuan
penulis secara akademik untuk membahas tentang Masuknya Islam di Sumatera.
2. Untuk menambah
wawasan atau pemahaman terhadap materi ini.
3. Mencapai nilai yang memuaskan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah
Masuk dan Berkembangnya Islam di Sumatera
Bukti tertulis mengenai adanya
masyarakat Islam di Indonesia tidak ditemukan sampai dengan abad 4 H (10 M).
Yang dimaksud dengan bukti tertulis adalah bangunan-bangunan masjid, makam,
ataupun lainnya. (A.Hasyimsy, 1993. 193)
Seorang Italia dari Venetia yang
bernama Marcopolo. Pada tahun 1292 Marcopolo singgah di bagian Utara Aceh dalam
perjalanannya dari Tiongkok ke Persia melalui laut. Di Perlak (Peureula) ia
menjumpai penduduk yang memeluk agama Islam, dan juga banyak pedagang Islam
yang berasal dari India yang giat menyebarkan agama Islam. Di sekitar kota
banyak penduduknya yang masih kafir. Hal ini menunjukkan pada masa kedatangan
Marcopolo pengislaman di wilayah itu belum lama berlangsung. (R. Soekmono, 1981.42)
Hal ini memberikan kesimpulan bahwa
pada abad 1-4 H merupakan fase pertama proses kedatangan Islam di Indonesia
umumnya dan Sumatera khususnya, dengan kehadiran para pedagang muslim yang
singgah di berbagai pelabuhan di Sumatera. Hal ini dapat diketahui berdasarkan
sumber-sumber asing. (A.Hasyimsy, 1993.
193)
Marcopolo menguunjungi pula berbagai
tempat lainnya di Ujung Utara Sumatera itu. Dikatakannya bahwa di wilayah Utara
Aceh penduduknya masih belum Islam. (A.Hasyimsy,
1993. 193)
Dari literature Arab, dapat
diketahui bahwa kapal-kapal dagang Arab sudah mulai berlayar ke wilayah Asia Tenggara
sejak permulaan abad ke-7 M. Sehingga, kita dapat berasumsi, mungkin dalam
kurun waktu abad 1-4 H terdapat hubungan pernikahan anatara para pedagang atau
masyarakat muslim asing dengan penduduk setempat sehingga menjadikan mereka
masuk Islam baik sebagai istri ataupun keluarganya. (A.Hasyimsy, 1993. 193)
Sedangkan bukti-bukti tertulis
adanya masyarakat Islam di Indonesia khususnya Sumatera, baru ditemukan setelah
abad ke-10 M. yaitu dengan ditemukannya makam seorang wanita bernama Tuhar
Amisuri di Barus, dan makam Malik as Shaleh yang ditemukan di Meunahasah
Beringin kabupaten Aceh Utara pada abad ke 13. M. (A.Hasyimsy, 1993. 193)
2.2 Keadaan Masyarakat Sumatera Sebelum Masuknya Islam
Sumatera Utara memiiki letak
geografis yang strategis. Hal ini membuat Sumatera Utara menjadi pelabuhan yang
ramai, menjadi tempat persinggahan saudagar-saudagar muslim Arab dan menjadi
salah satu pusat perniagaan pada masa dahulu.
Dari catatan perjalanan di Perlak
(Peureula) Marcopolo menjumpai penduduk yang memeluk agama Islam, dan juga
banyak pedagang Islam yang berasal dari India yang giat menyebarkan agama
Islam. Di sekitar kota banyak penduduknya yang masih kafir. Hal ini menunjukkan
pada masa kedatangan Marcopolo pengislaman di wilayah itu belum lama
berlangsung. (A. Hasyimsy, 1993.193)
Keadaan
ini rupanya sangat segera berubah. Di Samudra terdapatkan makam-makam raja
Islam, di antaranya satu dari Sultan Malik al-Saleh yang meninggal dalam bulan
Ramadhan tahun 676 sesudah hijrah Nabi (= 1297 Masehi). Ini, berarti, bahwa
segera sesudah kunjungan Marco Polo itu Samudra telah di Islamkan, sedangkan
yang memerintah adalah orang yang bergelar “Sultan”. (A. Hasyimsy, 1993.193)
Sebelum masuk agama Islam ke Sumatera
Utara, masyarakat setempat telah menganut agama Hindu. Hal ini dibuktikan
dengan kabar yang menyebutkan bahwasanya Sultan Malik As-Shaleh, Sultan
Samudera Pasai pertama, menganut agama Hindu sebelum akhirnya diIslamkan oleh
Syekh Ismael. (A.Hasyimsy, 1993. 194)
Sama halnya dengan Sumatera Utara,
Sumatera Selatan juga memiliki letak geografis yang strategis. Sehingga
pelabuhan di Sumatera Selatan merupakan pelabuhan yang ramai dan menjadi salah
satu pusat perniagaan pada masa dahulu. Oleh karena itu, otomatis banyak
saudagar-saudagar muslim yang singgah ke pelabuhan ini. (A. Hasyimsy, 1993.194)
Sebelum masuknya Islam, Sumatera
Selatan telah berdiri kerajaan Sriwijaya yang bercorak Buddha. Kerajaan ini
memiliki kekuatan maritim yang luar biasa. Karena kerajaannya bercorak Buddha,
maka secara tidak langsung sebagian besar masyarakatnya menganut Agama Buddha. (A.Hasyimsy, 1993. 194)
Letak yang strategis menyebabkan
interaksi dengan budaya asing, yang mau tidak mau harus dihadapi. Hal ini
membuat secara tidak langsung banyak budaya asing yang masuk ke Sriwijaya dan
mempengaruhi kehidupan penduduknya dan sistem pemerintahannya. Termasuk
masuknya Islam. (A.Hasyimsy, 1993. 194)
Bangsa Indonesia yang sejak zaman
nenek moyang terkenal akan sikap tidak menutup diri, dan sangat menghormati
perbedaan keyakinan beragama, menimbulkan kemungkinan besar ajaran agama yang
berbeda dapat hidup secara damai. Hal-hal ini yang membuat Islam dapat masuk
dan menyebar dengan damai di Sumatera selatan khususnya dan Pulau Sumatera
umumnya. (A.Hasyimsy, 1993. 194)
2.3 Masuk dan Berkembangnya Islam di Sumatera Utara
Sumatera Utara merupakan salah satu
pusat perniagaan yang terpenting di Nusantara pada abad ke- 7 M. Sehingga
Sumatera Utara menjadi salah satu tempat berkumpul dan singgahnya para
saudagar-saudagar Arab Islam. Dengan demikian dakwah Islamiyah berpeluang untuk
bergerak dan berkembang dengan cepat di kawasan ini.
Hal ini berdasarkan catatan tua Cina
yang menyebutkan adanya sebuah kerajaan
di utara Sumatera namanya Ta Shi telah membuat hubungan diplomatik dengan
kerajaan Cina. Ta Shi menurut istilah Cina adalah istilah yang diberikan kepada
orang-orang Islam. Letak kerajaan Ta Shi itu lima hari berlayar dari Chop’o
(bagian yang lebih lebar dari malaka) di seberang selat Malaka. Ini menunjukkan
Ta Shi dalam catatan tua Cina itu ialah Ta Shi Sumatera Utara, bukan Ta Shi
Arab. Karena, Ta Shi Arab tidak mungkin di capai dalam waktu lima hari.
(A.Hasyimsy, 1993. 193)
Islam semakin berkembang di Sumatera
Utara setelah semakin ramai pedagang – pedagang muslim yang datang ke
Nusantara, karena Laut Merah telah menjadi Laut Islam sejak armada rome
dihancurkan oleh armada muslim di Laut Iskandariyah. (A.Hasyimsy, 1993. 193)
Disamping itu terdapat satu faktor
besar yang menyebabkan para pedagang Islam
Arab memilih Sumatera Utara pada akhir abad ke- 7 M yaitu karena
terhalangnya pelayaran mereka melalui Selat Malaka karena disekat oleh tentara
laut/Sriwijaya kerajaan Budha sebagai pembalasan atas serangan tentara Islam
atas kerajaan Hindu di Sind. Maka terpaksalah mereka melalui Sumatera utara
dengan pesisir barat Sumatera kemudian masuk selat Sunda melalui Singapura
menuju Kantun, Cina. (A.Hasyimsy, 1993. 193)
2.4 Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan
Islam di Sumatra
Berita
awal abad ke-16 M dari Tome Pires dalam Suma Oriental (1512-1515) mengatakan
bahwa di Sumatra, terutama di sepanjang pesisir Selat Malaka dan pesisir barat
Sumatera, telah banyak kerajaan Islam baik yang besar maupun yang kecil.
Kerajaan-kerajaan tersebut antara lain Aceh, Bican, Lambri, Pedir, Pirada,
Pase, Aru, Arcat, Rupat, Siak, Kampar, Tongkol, Indragiri, Jambi, Palembang,
Andalas, Pariaman, Minangkabau, Tiku, Panchur, Barus, dan lainnya.
Kerajaan-kerajaan tersebut ada yang tengah mengalami pertumbuhan dan ada pula
yang tengah mengalami keruntuhan karena pergeseran politik satu dengan lainnya.
Berdasarkan sumber-sumber sejarah lainnya bahkan data arkeologis ada kerajaan
Islam yang tumbuh sejak dua abad sebelum kehadiran Tome Pires.
1.
KERAJAAN PERLAK
Kata
Perlak berasal dari nama pohon kayu besar yaitu “Kayei Peureulak” (Kayu
Perlak). Kayu ini sangat baik digunakan untuk bahan dasar pembuatan perahu
kapal, sehingga banyak dibeli oleh perusahaan-perusahaan perahu kapal dan di
Perlak banyak tumbuh jenis pepohonan ini, sehingga disebut negeri Perlak
(Perlak). (A.Hasyimsy, 1993. 152)
Perlak
merupakan salah satu pelabuhan perdagangan yang maju dan aman pada abad ke- 8
M. sehingga menjadi tempat persinggahan kapal-kapal pedagang muslim. Dengan
demikian, secara tidak langsung berkembanglah masyarakat Islam di daerah ini.
Faktor utamanya yaitu karena sebab pernikahan antara saudagar-saudagar muslim
dengan perempuan-perempuan pribumi. Sehingga menyebabkan lahir keturunan-keturunan
yang beragama Islam.
Hal
ini semakin berkembang sehingga berdirinya kerajaan Islam Perlak yaitu pada
hari selasa bulan muharram tahun 225 H (840 M) dan sultannya yang pertama
adalah Syed Maulana Abdul Aziz Shah yang bergelar Sultan Alaiddin Syed Maulana
Abdul Aziz Shah. Kemudian Bandar Perlak diganti namanya menjadi Bandar
Khalifah. (A.Hasyimsy, 1993. 195)
Islam
terus berkembang di Perlak, dan hal ini terlihat jelas pada abad ke-13 M. Pada
abad ini, perkembangan Islam di Perlak melebihi dari daerah-daerah lain di
Sumatera. Hal ini bersumber pada riwayat Marco Polo yang tiba di Sumatera pada
tahun 1292 M. Ia mengatakan bahwa pada
saat iu di Sumatera terbagi dalam delapan kerajaan, yang semuanya menyembah
berhala kecuali satu, itu kerajaan Perlak.
Kerajaan
Perlak terus berdiri hingga akhirnya bergabung dalam kerajaan Islam Samudera
Pasai pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik Al-Dzahir (1289 – 1326 M). (A.Hasyimsy, 1993. 202)
2.
KERAJAAN SAMUDERA PASAI
Kerajaan Samudra Pasai
mempunyai peran penting di dalam penyebaran agama Islam di Asia Tenggara.
Malaka menjadi kerajaan yang bercorak Islam karena amat erat hubungannya dengan
Kerajaan Samudra Pasai lebih-lebih dengan mengadakan hubungan pernikahan antara
putra-putri Sultan dari Pasai dengan Malaka sehingga pada awal abad ke-15 M
atau sekitar 1414 M tumbuhlah kerajaan Islam Malaka, dimulai pemerintahan
Paramisora. Tome Pires menceritakan hubungan antara Pasai dengan Malaka
terutama pada masa pemerintahan Saquem Darxa yang dapat disamakan dengan nama
Sultan Muhammad Iskandar Syah Raja kedua Malaka.
Dalam Hikayat Patani terdapat cerita tentang pengislaman
raja Patani yang bernama Paya Tu Naqpa dilakukan oleh seorang dari Pasai yang
bernama Syaikh Sa’id karena berhasil menyembuhkan raja Patani itu. Setelah
masuk Islam raja berganti nama yaitu Sultan Islamail Syah Zillullah Fil’Alam
dan juga ketiga orang putra dan putrinya yaitu Sultan Mudhaffar Syah, Siti
Aisyah, dan Sultan Mansur. (Marwati
Djoened/Nugroho Susanto, 2010.26)
Raja pertamanya adalah Sultan Malik as Shaleh. Beliau adalah
keturunan dari Raja Islam Perlak, yaitu Makhdum Sultan Malik Ibrahim Syah Joan
(365 – 402 H/976 – 1012 M).
Ada beberapa hal yang masih simpang
siur mengenai Sultan Malik as Shaleh. Ada yang menyebutkan beliau memeluk agama
Hindu yang kemudian diIslamkan oleh Syekh Ismail. Ada pula yang menyebutkan
bahwa beliau sudah memeluk agama Islam sejak awal.
Sebelum bernama Samudra Pasai,
kerajaan ini bernama kerajaan Samudra saja. Kerajaan Samudra merupakan kerajaan
yang makmur dan kaya. Juga memiliki angkatan tentara laut dan darat yang
teratur.
Kerajaan Samudra semakin bertambah
maju, yang kemudian dikenal dengan nama “Samudera Pasai”, yaitu setelah
dibangunnya Bandar Pasai pada masa pemerintahan Raja Muhammad. Hubungan
Kerajaan Samudra Pasai dengan Kerajaan
Perlak sangatlah baik. Dan hal ini makin dipererat dengan menikahnya Sultan
Malik as Shaleh dengan putri raja Perlak.
Puncak kejayaan kerajaan Samudra Pasai yaitu pada masa pemerintahan
Sultan Al Malik Al Zahir (1326—1349/757—750 H). (Marwati Djoened/Nugroho Susanto, 2010.26)
Peninggalan Kerajaan Samudra Pasai:
S Salah
satu sisi Nisan Sultan Malik as-Salih di Samudra tahun 1297 M di Kabupaten Aceh
Utara

S Makam
Sultanah Nahrisah 1428 M di Samudra Pasai, Kabupaten Aceh Utara

S Mata
uang emas dari kerajaan Samudra Pasai, Kabupaten Aceh Utara

3.
KERAJAAN ACEH
Kerajaan ini berdiri pada abad ke-
13 M. Pada awalnya Aceh merupakan daerah taklukan kerajaan Pidir. Namun berkat
jasa Sultan Ali Mughiyat Syah, Aceh akhirnya mampu melepaskan diri dan
berdaulat penuh menjadi Kerajaan. Atas jasa beliau, akhirnya Sultan Mghiyat
Syah dinobatkan menjadi Raja pertama.
Kerajaan Aceh mengalami masa kejayaannya pada masa
pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607—1638 M). (Marwati Djoened/Nugroho Susanto, 2010.31)
Salah satu makam
raja-raja Aceh, di Banda Aceh

S Genta
perunggu “Cakra Donya” dari Kerajaan Aceh, Banda Aceh

4. KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI RIAU
Kerajaan-kerajaan Islam yang disebut sebut dalam
berita Tome Pires (1512-1515) ialah Siak, Kampar, Inderagiri kini berada di
daerah Riau. Kerajaan-kerajaan tersebut mulai bercorak Islam belum dapat
dipastikan meskipun para pedagang muslim dari Arab dan negeri-negeri Timur
Tengah lainnya sejak abad ke-7 atau ke-8 sudah memegang peran dalam pelayaran
dan perdagangan melalui Selat Malaka. Mengingat kerajaan Kampar, Indragiri, dan
Siak pada abad ke-13 dan ke-14 M masih ada dalam kekuasaan kerajaan Melayu dan
Singasari-Majapahit, yang mendekati kepastian kerajaan-kerajaan tersebut tumbuh
menjadi kerajaan-kerajaan bercorak Islam sejak abad ke-15 M. (Marwati Djoened/Nugroho
Susanto, 2010.37)
S Masjid di Pulau
Penyengat

5.
KERAJAAN ISLAM DI
JAMBI
Letak geografis Jambi dengan DAS Batanghari
dengan sungai-sungai lainnya memberikan kemudahan untuk kegiatan perdagangan
baik lokal, regional, maupun internasional. Hubungan pelayaran dan
perdagangannya dengan tempat-tempat di pesisir timur yaitu di Selat Malaka
ditandai dengan munculnya kontak dengan pelayaran dan perdagangan yang bersifat
internasional yang sudah ada sejak abad-abad pertama Masehi. Dengan adanya
kegiatan perdagangan muslim dalam pelayaran dan perdagangan internasional sejak
abad ke-7 dan ke-8 M, kemungkinan mereka sudah dapat berhubungan satu dengan
yang lainnya. (Marwati
Djoened/Nugroho Susanto, 2010.40)
6.
KERAJAAN ISLAM di
SUMATERA SELATAN
Sebagaimana telah disebut-sebut di bagian
muka bahwa para pedagang muslim dari Arab, Persi (Iran), dan dari negeri-negeri
di Timur Tengah lainnya sejak abad ke-7 dan ke-8 M sudah berperan aktif dalam
pelayaran dan perdagangan internasional melalui Selat Malaka. Masa itu sesuai
dengan tumbuh kembangnya kerajaan Sriwijaya dari segi politik, ekonomi, perdagangan,
dan kebudayaan. Karena itulah tidak mustahil para pedagang muslim tidak singgah
di ibu kota kerajaan Sriwijaya yang bercorak Buddhis, paling tidak untuk
melakukan hubungan perdagangan. (Marwati
Djoened/Nugroho Susanto, 2010.45)
7.
KERAJAAN ISLAM di
SUMATERA BARAT
Awal masuk dan berkembangnya Islam di
daerah Sumatera Barat masih sukar dipastikan. Berita dari Cina dari dinasti
T’ang menyebutkan bahwa pada sekitar abad ke-7 M (674 M) ada kelompok orang
Arab (Ta-shih) dan yang oleh W.P. Goeneveldt perkampungan mereka ada di pesisir
barat Sumatera. Selain pendapat tersebut, ada juga yang berpendapat bahwa Islam
datang dan berkembang di daerah Sumatera Barat baru sekitar akhir abad ke-14 M
atau abad ke-15 M dan Islam sudah memperoleh pengaruhnya di kerajaan besar
Minangkabau. (Marwati
Djoened/Nugroho Susanto, 2010.47)
2.5 Masuk dan Berkembangnya Islam di Sumatera Selatan
Palembang adalah kota yang memiliki
letak geografis yang sangat strategis. Sejak masa kuno, Palembang menjadi
tempat singgah para pedagang yang berlayar di selat Malaka, baik yang akan
pergi ke negeri Cina dan daerah Asia Timur lainnya maupun yang akan melewati
jalur barat ke India dan negeri Arab
serta terus melewati jalur barat ke India dan negeri Arab serta terus ke
Eropa. Dan selain pedagang, para peziarah pun banyak menggunakan jalur ini.
Persinggahan ini yang memungkinkan terjadinya agama Islam mulai masuk ke
Palembang (Sriwijaya pada waktu itu) atau ke Sumatera Selatan. (A.Hasyimsy,
1993. 206)
Ada
sebuah catatan sejarah Cina yang ditulis oleh It’sing, ketika ia berlayar ke
India dan akan kembali ke negeri Cina dan tertahan di Palembang. Kemudian ia
membuat catatan tentang kota dan penduduknya. Ada dua tempat di tepi selat
Malaka pada permulaan abad ke-7 M yang menjadi tempat singgah para musafir yang
beragama Islam dan diterima dengan baik oleh penguasa setempat yang belum
beragama Islam yaitu Palembang dan Keddah. Dengan demikian dapat disimpulkan,
pada permulaan abad ke- 7 M di Palembang sudah ada masyarakat Islam yang oleh penguasa
setempat (pada waktu itu Raja Sriwijaya) telah diterima dengan baik dan dapat
menjalankan ibadah menurut agama Islam. (A.Hasyimsy, 1993. 206)
Selain
itu, ada sumber yang menyebutkan bahwa telah ada hubungan yang erat antara
perdagangan yang diselenggarakan oleh kekhalifahan di Timur Tengah dengan
Sriwijaya yaitu dengan mempertimbangkan sejarah T’ang yang memberitakan adanya
utusan raja Ta-che (sebutan untuk Arab) ke Kalingga pada 674 M, dapatlah
dipastikan bahwa di Sumatera Selatan pun telah terjadi proses awal Islamisasi.
Apalagi T’ang menyebutkan telah adanya kampung Arab muslim di pantai Barat
Sumatera. (A.Hasyimsy, 1993. 206)
Sesuai
dengan keterangan sejarah, masuknya Islam ke Indonesia tidak mengadakan invasi
militer dan agama, tetapi hanya melaui jalan perdagangan. System penyebaran
Islam yang tidak kenal misionaris dan tidak adanya sistem pemaksaan melalui
perang, melainkan hanya melaui perdagangan saja memungkinkan Sriwijaya sebagai
pusat kegiatan penyebaran agama Budha, dapat menerima kehadiran Islam di
wilayahnya. (A.Hasyimsy, 1993. 206)
Berdasarkan
sejarah, Sriwijaya terkenal memiliki kekuatan maritim yang tangguh. Walaupun
ada yang meragukan hal tersebut karena melihat kondisi maritim bangsa Indonesia
sekarang. (A.Hasyimsy, 1993. 206)
Oleh
karena itu, tidak menutup kemungkinan putra pribumi ikut berlayar bersama para
pedagang Islam ke pusat agama Islam yaitu mekkah dan tidak menutup kemungkinan
pula, putera pribumi mengadakan ekspedisi ke timur tengah untuk memperdalam
keilmuan agama Islam. (A.Hasyimsy, 1993. 206)
Sehingga
dapat disimpulkan, bahwa bangsa Indonesia tidak serta merta menunggu para
pedagang Islam baik itu dari bangsa Arab ataupun sekitarnya untuk mencari
tambahan pengetahuannya tentang ajaran agama Islam. (A.Hasyimsy, 1993. 206)
2.6 Kesultanan
Palembang
Pada
waktu daerah Palembang menjadi bagian dari Kerajaan Majapahit, di daerah ini
ditempatkan seorang Adipati bernama Ario Damar. (14—15 H/1447 M). Pada awalnya
ia beragama Hindu, lalu kemudian memeluk Islam. Hal ini menunjukkan bahwasanya
pada waktu itu, Islam sudah dominan di Palembang. (Gadjahnata & Edi Swasono, 1986.19)
Pada
suatu hari, Ario Damar mendapat hadiah salah seorang selir dari Prabu
Kertabumi, yang bernama Putri Campa yang sedang hamil tua. Yang kemudian lahir
dari rahimnya seorang anak yang bernama Raden Patah. (Gadjahnata & Edi Swasono, 1986.19)
Pada
tahun 1473, raden Patah bersama adiknya Raden Kusen (Ario Dillah), menghadap
Prabu Kertabumi. Mereka mendapat kepercayaan untuk membangun desa Bintoro, yang
nantinya berkembang dengan pesat dan menjadi kerajaan Islam Demak yang pada
akhirnya menghancurkan Majapahit. (Gadjahnata
& Edi Swasono, 1986.19)
Pada
tahun 1528, Demak di serang oleh kerajaan Pajang dan mengalami kekalahan. Para
pembesar kerajaan dipimpin oleh Pangeran Sedo Ing Lautan bermigrasi ke
Palembang yang kemudian mendirikan kerajaan Islam Palembang. (Gadjahnata & Edi Swasono, 1986.19)
Pada
akhirnya kesultanan Palembang hilang karena dihapus status kesultanannya oleh
colonial Belanda. (Gadjahnata & Edi
Swasono, 1986.19)
Selain
itu ajaran agama Islam adalah ajaran yang Sempurna, yang melingkupi semua aspek
kehidupan. dan semua itu bisa diuji kebenarannya. Penyebaran Islam
"Tidak" dilakukan dengan paksaan, melainkan dilakukan oleh pembawanya
dengan santun. Diantaranya melalui :
1.
Kesenian
di daerah dimana dia disebarkan.
2.
Perkawinan
3.
Penyesuaian
dengan budaya yang sudah ada, seperti syukuran atas panen (upacara) panen,
upacara penghormatan leluhur yang diadaptasikan menjadi acara tahlilan 7 hari,
40 hari, 100 hari dan 1000 hari untuk mendoakan meninggalnya salah satu anggota
keluarga.
4.
Melalui
contoh perilaku. Ini yang terpenting. Karena pembawa ajaran Islam dalam
perilaku kesehariannya sangat menarik hati bangsa indonesia, maka akhirnya
banyak yang tertarik.
5.
Melalui
Tokoh dan atau pemimpin. Seperti halnya raja raja. Ini tidak berarti lantas
raja tersebut memaksa rakyatnya untuk menjadi muslim, melainkan mengajak
rakyatnya untuk mengenal ajaran ini. Sebagaimana lazim bahwa raja adalah 'orang
terpandai' di negaranya maka apa yang dilakukannya akan di ikuti pula oleh
rakyatnya.
Dalam
sejarah tidak ada orang yang dihukum karena dia tidak masuk islam. Dan Tidak
pernah sekalipun ada dalam sejarah, tentara islam yang menyerang bangsa/agama
lain untuk menyebarkan agamanya di Indonesia. Penyebaran Islam tetap berpegang
pada pedoman bahwa Islam adalah "Rahmatan LillAlamin" yaitu Rahmat
bagi seluruh alam, tidak hanya untuk bangsa tertentu. Karena Islam tidak
mengenal apa yang namanya Kasta dan juga di dalam Islam semua manusia di mata
Allah itu sama yang membedakannya adalah amalan mereka. Islam juga tidak
memaksa penganut lain untuk masuk Islam. kenapa dulu penganut Hindu dan Budha
bisa masuk Islam karena mereka mendapatkan kedamaian dan kebenaran.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bukti tertulis mengenai
adanya masyarakat Islam di Indonesia tidak ditemukan sampai dengan abad 4 H (10
M). Yang dimaksud dengan bukti tertulis adalah bangunan-bangunan masjid, makam,
ataupun lainnya.
Seorang Italia dari
Venetia yang bernama Marcopolo. Pada tahun 1292 Marcopolo singgah di bagian
Utara Aceh dalam perjalanannya dari Tiongkok ke Persia melalui laut. Di Perlak
(Peureula) ia menjumpai penduduk yang memeluk agama Islam, dan juga banyak
pedagang Islam yang berasal dari India yang giat menyebarkan agama Islam. Di
sekitar kota banyak penduduknya yang masih kafir. Hal ini menunjukkan pada masa
kedatangan Marcopolo pengislaman di wilayah itu belum lama berlangsung.
Hal ini memberikan
kesimpulan bahwa pada abad 1-4 H merupakan fase pertama proses kedatangan Islam
di Indonesia umumnya dan Sumatera khususnya, dengan kehadiran para pedagang
muslim yang singgah di berbagai pelabuhan di Sumatera. Hal ini dapat diketahui
berdasarkan sumber-sumber asing.
Sebelum masuk agama
Islam ke Sumatera Utara, masyarakat setempat telah menganut agama Hindu. Hal
ini dibuktikan dengan kabar yang menyebutkan bahwasanya Sultan Malik As-Shaleh,
Sultan Samudera Pasai pertama, menganut agama Hindu sebelum akhirnya diIslamkan
oleh Syekh Ismael.
Sumatera Utara
merupakan salah satu pusat perniagaan yang terpenting di Nusantara pada abad
ke- 7 M. Sehingga Sumatera Utara menjadi salah satu tempat berkumpul dan
singgahnya para saudagar-saudagar Arab Islam. Dengan demikian dakwah Islamiyah
berpeluang untuk bergerak dan berkembang dengan cepat di kawasan ini.
Hal ini berdasarkan
catatan tua Cina yang menyebutkan adanya
sebuah kerajaan di utara Sumatera namanya Ta Shi telah membuat hubungan
diplomatik dengan kerajaan Cina. Ta Shi menurut istilah Cina adalah istilah
yang diberikan kepada orang-orang Islam. Letak kerajaan Ta Shi itu lima hari
berlayar dari Chop’o (bagian yang lebih lebar dari malaka) di seberang selat
Malaka. Ini menunjukkan Ta Shi dalam catatan tua Cina itu ialah Ta Shi Sumatera
Utara, bukan Ta Shi Arab. Karena, Ta Shi Arab tidak mungkin di capai dalam
waktu lima hari.
Berita awal abad ke-16
M dari Tome Pires dalam Suma Oriental (1512-1515) mengatakan bahwa di Sumatra,
terutama di sepanjang pesisir Selat Malaka dan pesisir barat Sumatera, telah
banyak kerajaan Islam baik yang besar maupun yang kecil. Kerajaan-kerajaan
tersebut antara lain Aceh, Bican, Lambri, Pedir, Pirada, Pase, Aru, Arcat,
Rupat, Siak, Kampar, Tongkol, Indragiri, Jambi, Palembang, Andalas, Pariaman,
Minangkabau, Tiku, Panchur, Barus, dan lainnya. Kerajaan-kerajaan tersebut ada
yang tengah mengalami pertumbuhan dan ada pula yang tengah mengalami keruntuhan
karena pergeseran politik satu dengan lainnya. Berdasarkan sumber-sumber
sejarah lainnya bahkan data arkeologis ada kerajaan Islam yang tumbuh sejak dua
abad sebelum kehadiran Tome Pires.
Selain itu ajaran agama
Islam adalah ajaran yang Sempurna, yang melingkupi semua aspek kehidupan. dan
semua itu bisa diuji kebenarannya. Penyebaran Islam "Tidak" dilakukan
dengan paksaan, melainkan dilakukan oleh pembawanya dengan santun. Diantaranya
melalui :
1.Kesenian di daerah
dimana dia disebarkan.
2.Perkawinan
3.Penyesuaian dengan
budaya yang sudah ada, seperti syukuran atas panen (upacara) panen, upacara
penghormatan leluhur yang diadaptasikan menjadi acara tahlilan 7 hari, 40 hari,
100 hari dan 1000 hari untuk mendoakan meninggalnya salah satu anggota
keluarga.
4.Melalui contoh
perilaku. Ini yang terpenting. Karena pembawa ajaran Islam dalam perilaku
kesehariannya sangat menarik hati bangsa indonesia, maka akhirnya banyak yang
tertarik.
5.Melalui Tokoh dan
atau pemimpin. Seperti halnya raja raja. Ini tidak berarti lantas raja tersebut
memaksa rakyatnya untuk menjadi muslim, melainkan mengajak rakyatnya untuk
mengenal ajaran ini. Sebagaimana lazim bahwa raja adalah 'orang terpandai' di
negaranya maka apa yang dilakukannya akan di ikuti pula oleh rakyatnya.
Dalam sejarah tidak ada
orang yang dihukum karena dia tidak masuk islam. Dan Tidak pernah sekalipun ada
dalam sejarah, tentara islam yang menyerang bangsa/agama lain untuk menyebarkan
agamanya di Indonesia. Penyebaran Islam tetap berpegang pada pedoman bahwa
Islam adalah "Rahmatan LillAlamin" yaitu Rahmat bagi seluruh alam,
tidak hanya untuk bangsa tertentu. Karena Islam tidak mengenal apa yang namanya
Kasta dan juga di dalam Islam semua manusia di mata Allah itu sama yang
membedakannya adalah amalan mereka. Islam juga tidak memaksa penganut lain
untuk masuk Islam. kenapa dulu penganut Hindu dan Budha bisa masuk Islam karena
mereka mendapatkan kedamaian dan kebenaran.
Daftar
Pustaka
Soekmono, R. 2001. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3. Yogyakarta : Kansius
Hasyimy, A. 1993. Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia. Aceh: ----.
Marwati Djoened Poesponegoro &
Notosusanto, Nugroho. 2010. Sejarah
Nasional Indonesia III. Jakarta: Balai Pustaka
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid.
Diakses pada tanggal 8 Maret 2013. Pukul 13.51 WIB
1 komentar:
Terima kasih banyak atas informasi nya, Sangat membantu artikel nya. Teruslah sebar kebaikan dijalan allah swt.. jangan lupa share and kunjungi juga website mp3 kami di http://forumlagump3.wapque.com semoga sukses slalu ya gan.
Posting Komentar